Musim Kemarau, Pj Gubernur Jateng Imbau Masyarakat Terus Waspada Karhutla
Penjabat Gubernur Jawa Tengah, Komjen Pol (P) Nana Sudjana A.S, M.M.-istimewa-
BALI - Masyarakat Diminta untuk terus waspada terjadiny kebakaran selama musim kemarau ini. Pasalnya, berdasarkan laporan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) musim kemarau masih terus berlangsung hingga memasuki awal musim penghujan di Bulan November.
Penjabat Gubernur Jawa Tengah, Komjen Pol (P) Nana Sudjana A.S, M.M menerangkan, hingga 8 September data yang masuk, jumlah kebakaran di Jawa Tengah terdapat 171 titik. Dari jumlah tersebut, 156 kejadian merupakan kebakaran lahan, 12 kejadian kebakaran hutan, dan 3 kebakaran tempat pembuangan akhir (TPA).
"Kami mengimbau kepada masyarakat untuk waspada terhadap kekeringan yang terjadi saat ini, khususnya masyarakat yang ada di pinggir hutan. Kita tahu kebakaran bukan faktor alam, tapi faktor manusia. Sehingga perlu kita perlu lakukan terus menerus sosialisasi kepada masyarakat akan bahaya karhutla," kata Nana usai Menerima penghargaan SPHP di Hotel Intercontinental Bali, Jumat (16/9/2023) malam.
Nana juga mengingatkan kepada para pecinta alam, agar bersikap lebih hati-hati saat beraktivitas di wilayah pegunungan. Menurutnya, saat ini dengan kemarau panjang, pohon-pohon mulai mengering, hal ini sangat membahayakan apabila seseorang memercikan api atau membuang puntung rokok sembarangan.
"Ini dapat menyebabkan kebakaran. Sebagaimana kita ketahui, ketika terjadi kebakaran hutan dan lahan, dapat menyebabkan adanya pencemaran lingkungan yang sangat berbahaya bagi manusia," imbuhnya.
Menambahkan, Kepala BPBD Jawa Tengah, Bergas Catur Sasi Penanggungan, mengatakan dari 171 kejadian kebakaran di Jateng 90 persen dapat ditangani dalam waktu 24 jam. Menurutnya, tingkat kepedulian warga menjadi sangat penting untuk menjaga lahan dari kebakaran.
"Berkaitan dengan pendaki, pengguna lahan di pegunungan diimbau tidak membakar. Ada beberapa pos (pendakian) melarang membuat tungku api. Namun di lapangan,"katanya.
Bergas menjelaskan, pemanfaatan teknologi tepat guna juga menjadi penentu agar api bisa dipadamkan. Ia memaparkan, penggunaan air dan sabun sangat efisien untuk mendinginkan suhu lahan yang terbakar. Air sabun tersebut, disemprotkan menggunakan sprayer desinfektan bekas pandemi Covid-19. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: