Mengenal Buah Khuldi Menurut Islam, Nama yang diberikan Iblis dan Kisah Jatuhnya Adam serta Hawa ke Dunia

Mengenal Buah Khuldi Menurut Islam, Nama yang diberikan Iblis dan Kisah Jatuhnya Adam serta Hawa ke Dunia

Mengenal Buah Khuldi Menurut Islam, Nama yang diberikan Iblis dan Kisah Jatuhnya Adam serta Hawa ke Dunia-Brian Wegman / Unsplash-

BACA JUGA: Kisah Umar bin Khattab, Quraisy Bengis yang Tersentuh setelah Membaca Ayat Al-Quran

Kisah Adam-Hawa dan Buah Khuldi 

Kita belajar bahwa buah khuldi menurut Islam yang sudah dijelaskan pada Al-Quran serta hadis riwayat adalah buah yang dimakan oleh Nabi Adam dan Siti Hawa di taman surga. 

Tidak dapat disangkal bahwa saat itu Nabi Adam serta istrinya sudah termakan oleh tipu daya iblis mengenai buah ini. 

Iblis dengan ucapannya mencoba menarik Adam dan Hawa untuk memakan buah itu supaya hasrat manusiawinya terbuka, supaya mereka membuka aurat mereka dan melakukan aib besar yang amat buruk dalam Islam. 

Menurut Ibnu ‘Abbas, alasan dibalik terjerumusnya Adam dan Hawa untuk memakan buah itu adalah karena keinginan untuk ‘naik jabata’ dan mendapat kehormatan di atas para malaikat. Mereka juga menginginkan kekekalan di surga. 

Semua dusta itu iblis ucapkan dengan menyebut nama Allah SWT. Meyakinkan kedua manusia itu untuk mengikuti perkataannya. 

Setelah keduanya memakan buah itu, pakaian mereka yang semula menutup rapat pun terlepas. Ada beberapa riwayat yang mengatakan bahwa pakaian tersebut terbuat dari cahaya, dan beberapa lainnya mengatakan bawa itu adalah perhiasan surga. 

Dari kisah ini, ada beberapa ahli tafsir yang yakin bahwa buah khuldi yang selama ini menjadi perdebatan sebenarnya bukanlah ‘buah’, melainkan suatu nafsu yang membuat manusia ingin melakukan hubungan badan. 

BACA JUGA: Jejak Perjuangan dan Kecerdasan Menantu Rasulullah SAW: Kisah Ali bin Abi Thalib, Si Gerbang Pengetahuan

BACA JUGA: Teman Hijrah Nabi Muhammad SAW ke Madinah: Kisah Abu Bakar Ash Shiddiq yang Menginspirasi

Hikmah dari Kisah Adam-Hawa dan Buah Khuldi 

Pertama, sudah menjadi tabiat manusia untuk berbuat salah. 

Kedua, sifat dasar manusia yang menginginkan kehormatan dan keabadian. Jabatan dan kehormatan adalah hal yang, hingga saat ini, menjadi pendorong manusia untuk maju, baik dengan cara yang benar maupun salah. 

Ketiga, kisah ini mengajarkan kita untuk tetap bertawakal kepada Allah SWT. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: