Strategi Peningkatan Minat Baca Civitas Akademika Universitas Pekalongan Melalui Program Duta Perpustakaan

Strategi Peningkatan Minat Baca Civitas Akademika Universitas Pekalongan Melalui Program Duta Perpustakaan

--

Membaca merupakan bagian penting dari pendidikan seseorang. Menurut Gumono (2016) membaca adalah sumber aktivitas guna memperoleh pengetahuan, karena dengan membaca seseorang bisa melakukan proses belajar dan bernalar. Membaca adalah aktivitas yang akan selalu dijumpai oleh manusia setiap harinya. Contoh, ketika seseorang melihat papan informasi di sudut jalan, ketika melihat mata uang untuk pertukaran rupiah harus dibaca nominalnya, membaca instruksi atau penunjuk jalan ketika berada di suatu tempat. Setiap hari kita telah melakukan aktivitas membaca. 

Namun, membaca yang dimaksud ini merupakan suatu aktivitas ketika seseorang menjadi pembaca sebuah buku. Seseorang yang menempuh pendidikan pasti akan menjumpai buku. Membaca buku merupakan aktivitas yang bermanfaat untuk menambah wawasan seseorang. Rutin membaca buku dapat dipercaya mampu meningkatkan empati dan konsentrasi seseorang. Kebiasaan membaca akan menciptakan budaya baca seseorang yang dapat bermanfaat umtuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga minat baca memainkan peran besar bagi setiap orang dalam mencapai kesuksesan dalam berbagai bidang. 

Minat baca adalah fondasi penting bagi pengembangan intelektual, kreativitas, dan pemahaman seseorang. Di era teknologi yang semakin dinamis, ditambah pesatnya penggunaan media sosial yang dilengkapi teknologi canggih menjadi tantangan bagi pustakawan dan perpustakaan untuk terus meningkatkan minat baca masyarakat. Terutama di kalangan generasi muda saat ini, yang waktunya lebih banyak digunakan untuk berselancar di media sosial. 

Berdasarkan data statistik kunjungan perpustakaan Universitas Pekalongan, masih sedikit dari kalangan mahasiswa, dosen dan karyawan yang berkunjung serta memanfaatkan koleksi di Perpustakaan. Sehingga dirasa perlu adanya inovasi untuk meningkatkan minat baca dikalangan civitas academica untuk mengoptimalkan budaya baca. Dalam meningkatkan minat baca, peran serta civitas academica dan perpustakaan sangatlah diperlukan. Ada berbagai langkah yang bisa dilakukan untuk meningkatkan minat baca, antara lain melakukan promosi perpustakaan di media sosial, melakukan kegiatan pameran, pelatihan dan sosialisasi.

 Selain metode tersebut, terdapat satu cara efektif untuk mengatasi tantangan rendahnya minat baca yaitu melalui peran aktif "Duta Perpustakaan". Program Duta Perpustakaan ini diyakini dapat menghubungkan antara pengguna dengan perpustakaan menjadi lebih baik, karena dengan adanya duta maka informasi tentang sumber daya di perpustakaan serta layanan dapat disampaikan secara langsung kepada pengguna (University Of Missouri Libraries, 2022). Menurut Autry (2023) Duta Perpustakaan merupakan perwakilan yang mendukung program kerja perpustakaan dan berkontribusi dalam meningkatkan pelayanan perpustakaan terhadap pemustaka. Duta terpilih akan dibina untuk mempromosikan dan meningkatkan minat baca dikalangan civitas academica. Duta Perpustakaan bertugas sebagai promotor literasi, dan program ini harus digencarkan dengan maskimal dilingkungan akademik Universitas Pekalongan.

Program Duta Perpustakaan 

Rendahnya minat baca di Indonesia menjadi salah satu masalah krusial di negara ini. Beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya minat baca antara lain kurangnya sarana pembelajaran dan budaya membaca yang digiatkan di lingkungan akademik, serta kurangnya koleksi-koleksi buku-buku di perpustakaan sekolah/perguruan tinggi yang lengkap dan terbaru. 

Selain itu, di era saat ini pengaruh lingkungan serta kebiasaan membaca sejak dini tidak dianggap penting, generasi sekarang yang menginginkan semuanya serba instan, pengaruh teknologi, hingga tidak adanya kesadaran dalam diri akan pentingnya membaca menjadi faktor yang mempengaruhi rendahnya minat baca.

Lalu, bagaimana minat baca di Indonesia saat ini? Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2022, tingkat kegemaran membaca masyarakat Indonesia secara keseluruhan berada di angka 59,52 dengan durasi membaca 4-5 jam per minggu dan 4-5 buku per triwulan. Hasil survei dari Program for International Student Assessment (PISA) yang telah dirilis oleh Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) tahun 2019, menempatkan Indonesia pada peringkat ke-62 dari 70 negara. Dari hasil tersebut menjadikan Indonesia masuk ke dalam 10 negara terbawah yang memiliki tingkat literasi rendah. 

Realitas yang ada saat ini, banyak anak-anak usia dini sudah memegang bahkan dapat mengaplikasikan smartphone. Alih-alih membuat anak mahir teknologi sejak dini, namun bila tidak diimbangi dengan pendidikan untuk belajar membaca dan menggemari buku, dapat membawa dampak pada kebiasaan anak-anak dan akan terbawa sampai dewasa. Anak muda mulai melupakan pentingnya membaca buku dan terbuai akan keseruan bermain media sosial. Kecepatan, hal-hal yang viral, trend yang dinamis, serta postingan-postingan yang hadir pada media sosial membuat candu anak muda untuk terus menggerakkan jarinya naik turun, scroll timeline hingga berjam-jam. Sebenarnya sah-sah saja bermain media sosial ataupun memanfaatkan teknologi saat ini untuk hal yang bermanfaat. Pertanyaannya, masihkah penting buku untuk masa kini? Jawabannya adalah, iya.

Buku merupakan media tertua yang melahirkan peradaban seperti sekarang ini termasuk teknologi. Membaca buku adalah bagian dari literasi masa depan. Melalui membaca buku kita tidak hanya sekedar mendapat informasi, namun juga meningkatkan kemampuan kognitif, melatih fokus, melatih imajinasi, dan mendukung masa depan. 

Ada satu kutipan menarik dari Voltaire yang berbunyi, “Makin banyak membaca, makin aku banyak berpikir; makin aku banyak belajar; makin aku sadar bahwa aku tak mengetahui apa pun.” Membaca akan sangat bermanfaat apalagi untuk seorang mahasiswa. Maka dari itu, dibutuhkan pionir dilingkungan civitas academica yang dapat mempelopori gerakan minat baca, mengajak teman sebaya maupun para civitas academica untuk mengunjungi perpustakaan, mempromosikan pentingnya membaca, menginformasikan hal-hal yang berkaitan dengan minat baca, serta menjadi penggerak yang akan mendorong orang-orang untuk memiliki kesadaran terhadap minat baca. 

Program Duta Perpustakaan ini merupakan program kerja tahunan perpustakaan yang di ikuti oleh semua civitas academica Universitas Pekalongan dari kategori mahasiswa, dosen dan tenaga kependidikan. Hal ini dilakukan agar lebih mengoptimalkan kampanye perpustakaan dan menggiatkan kembali kegemaran membaca di semua kalangan civitas academica. Duta Perpustakaan yang terpilih akan menjalani tugasnya selama 1 tahun. Selama masa jabatan, duta perpustakaan memiliki peran untuk membantu perpustakaan dalam meningkatkan minat baca dan budaya literasi. Adapun program duta perpustakaan yang dilaksanakan, antara lain:

1. Pelatihan Duta Perpustakaan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: