2. Intervensi Sensitif (70%)
Melibatkan sektor non-kesehatan seperti pendidikan, sanitasi, air bersih, pemberdayaan perempuan, dan pengentasan kemiskinan.
Memperkuat pembangunan sumber daya manusia melalui program-program yang mendukung kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan keluarga.
Koordinasi lintas kementerian dan lembaga untuk memastikan kebijakan dan program berjalan sinergis dan tepat sasaran.
3. Pemanfaatan Teknologi dan Data Presisi
Penggunaan platform dashboard presisi (Precision Policy Platform Dashboard) untuk integrasi data, analisis tren, dan simulasi intervensi secara akurat.
Memperkuat kapasitas penyusunan kebijakan berbasis data yang terintegrasi dan real-time demi pengambilan keputusan efektif.
4. Kolaborasi dan Sinergi Program
Melibatkan berbagai pemangku kepentingan, termasuk pemerintah pusat, daerah, BKKBN, Kemenkes, Kemenko PMK, masyarakat, dan sektor swasta.
Contoh nyata adalah Program Gerakan Orang Tua Cegah Stunting (Genting) yang melibatkan ribuan anak asuh di seluruh Indonesia.
Penurunan Stunting di Indonesia Tahun 2025 dan Harapan ke Depan
Penurunan angka stunting di Indonesia tahun 2025 menunjukkan arah positif, namun upaya percepatan dan pemerataan masih sangat diperlukan agar target jangka menengah dan panjang dapat tercapai.
Pendekatan multisektoral, berbasis data, dan fokus pada 1.000 hari pertama kehidupan menjadi kunci keberhasilan percepatan penurunan stunting menuju target 14,2% pada 2029 sesuai RPJMN.
Pencegahan stunting ini sebaiknya tidak hanya dilakukan oleh pemerintah tetapi juga dari kesadaran orangtua mengenai pentingnya gizi anak. Oleh karena itu, para orangtua dihimbau untuk memperhatikan makanan yang dikonsumsi anak agar tetap mendapatkan gizi yang cukup.