KAJEN,RADARPEKALONGAN - Kasus kematian Rika Indriyeni (20), warga Dukuh Gombong RT 2 RW 8, Desa Bulakpelem, Kecamatan Sragi, Kabupaten Pekalongan hingga saat ini masih misterius.
Meski sudah sepekan sejak mayatnya ditemukan tenggelam di area tambak di Desa Blendung, Kecamatan Ulujami, Kabupaten Pemalang, belum ada titik terang penyebab kematiannya yang tragis tersebut.
Hingga Rabu, 30 Agustus 2023, jajaran Polres Pemalang belum memberikan keterangan terkait penyebab kematian warga Sragi, Kabupaten Pekalongan ini.
Kapolres Pemalang AKBP Yovan Fantika Handhiska Aprilaya saat dihubungi wartawan, Rabu (30/8/2023) dikonfirmasi terkait kematian Rika Indriyeni apakah murni kematian wajar atau kekerasan belum memberikan keterangan.
Baca juga:Warga Sragi Pekalongan jadi Korban Pembunuhan, Mayat Dikenakan Seragam Pramuka
Sebelumnya diberitakan, Rika Indriyeni (20), warga Desa Bulakpelem, Kecamatan Sragi, Kabupaten Pekalongan, diduga kuat korban pembunuhan.
Pasalnya, jasad korban dibuang ke sungai di area tambak di Pantai Blendung, Kecamatan Ulujami, Kabupaten Pemalang, dengan pemberat dari sarung dan batu agar tenggelam ke dasar sungai.
Kakak korban, Rusmiati, ditemui di rumah duka, Rabu (23/8/2023) siang, mengatakan, ia mendapatkan informasi adiknya itu belum pulang dari ayahnya pada Senin (21/8/2023) siang, sekitar pukul 12.00 WIB.
Dirinya memang tidak serumah dengan adiknya tersebut. Selanjutnya, pihak keluarga lapor polisi pada Senin malam, sekitar pukul 22.00 WIB.
"Kami sudah berupaya cari ke sana, ke sini, sudah ke Kajen, Kesesi, Spait, grosir tapi ndak ada yang tahu," kata dia.
Baca lagi:Korban Pembunuhan Rika Indriyani Dikenal Humoris dan Sayang Keluarga
Dikatakan, korban sempat pamit dengan teman kerjanya mau jalan-jalan. Menurutnya, usai pulang kerja pada Minggu malam itu, sekitar pukul 21.00 WIB, adiknya tidak pulang ke rumah dulu. Adiknya sudah membawa baju ganti dari rumah.
"Dari kerjaan salin, langsung pergi. Makanya di rumah kan khawatir kok ndak pulang-pulang kerja, biasanya jam setengah sepuluh sudah pulang. Adik saya naik motor. Adik berangkat kerja Minggu pagi, jam sembilan, pulang aturannya jam sembilan malam. Ndak pamit mau kemana. Ndak nelpon saya, ndak nelpon kakaknya yang di Sumub," tutur dia.
Ia mengaku saat mayat itu ditemukan pertama kali ia sempat melihat jika wajahnya mirip dengan adiknya. Namun ia tidak percaya lantaran adiknya sudah tidak sekolah. Sedangkan mayat itu mengenakan pakaian seragam pramuka.
"Polisine telpon terus suruh ke Rumah Sakit Pemalang akhirnya kami ke sana habis Mahgrib. Dari ciri-ciri bajunya, celananya, kukunya, kakinya, saya tahu karena dia adik saya. Dari wajahnya saya sudah ndak ngenali tapi saya kenal kakinya, tangannya, jari-jarinya itu saya tahu itu adik saya tapi saya tidak mau mengakui malam itu. Giliran ke polres, barang-barangnya itu semua milik adik saya, baru saya percaya benar adik saya," katanya.