RADARPEKALONGAN - Tanaman hias janda bolong menjadi semakin populer selama masa pandemi covid-19, Namun tahukah kalian asal usul penamaan tanaman janda bolong?
Pada saat pandemi covid-19 harga tanaman janda bolong terbilang fantastis, yaitu mencapai 100 jutaan rupiah dengan satu helai daunnya saja dapat dibanderol dengan harga mencapai 10 sampai 20 juta rupiah.
Penamaan janda bolong memanglah tidak muncul baru-baru ini, namun memang sudah ada sejak bertahun-tahun yang lalu.
Tanaman hias janda bolong sendiri memang sedang menjadi tren tanaman yang dapat dipelihara di dalam maupun di luar rumah untuk mempercantik tampilan rumah. Padahal harga untuk satu tanaman janda bolong sangatlah mahal.
Saat awal-awal eksistensi tanaman janda bolong di Indonesia, harga tanaman hias ini memang luar biasa mahal, bahkan bisa mencapai ratusan juta rupih. Walaupun sekarang harganya sudah menurun jauh, namun tetap saja harga tanaman ini masih tergolong mahal.
Karena namanya yang tidak biasa, pro kontra tentang penamaan janda bolong pun terjadi. Bahkan banyak yang beranggapan bahwa nama janda bolong terdengar sangat seksis karena identik dengan perempuan.
Namun, bagaimana asal usul penamaan tanaman monstera ini hingga akhirnya dikenal dengan nama janda bolong? Peneliti LIPI Yuzammi menjelaskan bahwa janda bolong merupakan tanaman dari Famili talas-talasan atau suku Araceae. Lebih tepatnya janda bolong merupakan bagian dari genus Monstera.
Genus Monstera diketahui memiliki sekitar 38 spesies, yang salah satunya adalah Monstera adansonii atau di Indonesia lebih dikenal dengan sebutan janda bolong.
Baca Juga: 10 Manfaat Tanaman Janda Bolong, lebih Dari Sekedar Dekorasi untuk Mempercantik Rumah
Asal Usul Penamaan Tanaman Janda Bolong
Menurut dari berbagai sumber, asal usul penamaan janda bolong ini berasal dari bahasa jawa. Hal ini dikarenakan karakteristik dari tanaman ini sendiri yang memiliki lubang pada daunnya sehingga membuat masyarakat jawa pada saat itu menyebutnya dengan "ron phodo bolong" yang berarti daun pada berlubang.
Kebiasaan masyarakat jawa pada saat itu yang suka menyingkat penamaan terhadap sesuatu agar lebih mudah diucapkanlah yang menyebabkan nama ron podho bolong menjadi ron dho bolong. Nah, pengucapan ron dho bolong terdengar hampir sama dengan rondo yang berarti janda.
Hal inilah yang kemudian menjadikan nama tanaman monstera adansonii menjadi janda bolong seperti yang kita ketahui saat ini.
Ditambah kultur budaya dan stereotip di Indonesia membuat nama janda bolong semakin melekat pada tanaman monstera adansonii. Seperti yang kita ketahui bersama, dalam kultur masyarakat Indonesia, kata janda sudah identik denga tidak perawan lagi, atau dengan kata lain sudah bolong.