"Sebagaimana saya dulu, sebagai anak kelahiran 60-an, saya adalah ana buku. Jadi kemana-mana bawanya buku, baik buku cerita, koran, maupun majalah" kata dr Aisah Dahlan menguatkan statementnya.
2. Memposisikan Diri sebagai Anak yang Hidup di Era Saat Ini
Dokter Aisah menjelaskan, "posisi gadget itu sekarang adalah, seperti kita dahulu bahwa buku itu adalah jendela dunia."
"Nah, sekarang gadgetlah jendela dunianya"
"Apa yang anak mau cari, ada di situ" jelas beliau.
Maka kondisi ini perlu orang tua pahami dahulu. Bahwa ada perbedaan media di setiap generasi. Dan sebagai orang tua yang lebih berpengalaman tentunya, harus lebih fleksibel, jangan kaku agar anak pun lebih fleksibel dan lebih mudah diarahkan.
"Adapun bahwa kita senang mencari ilmu, senang mencari tahu itu sama. Tapi perubahan generasi dengan media teknologinya berbeda" tambah dr Aisah menjelaskan.
3. Jangan Cepat Berprasangka Buruk pada Anak
Meski terlihat sibuk main HP, belum tentu anak hanya main game saja. Jadi jangan langsung menuduh dan marah karena justru dapat memicu anak sakit hati dan lebih susah didekati.
Karena memang segala sesuatu termasuk aktivitas belajar mengajar pun banyak sekolah-sekolah yan sudah memanfaatkan teknologi digital ini. Jadi bisa saja anak sedang mengerjakan tugas atau belajar mencari refrensi.
Karena sekarang memang serba online, bahkan tak jarang kita melihat orang fokus dengan hp hingga tidak bergerak, ternyata sedang melakukan muroja'ah atau menghafal al-Quran. Jadi jangan langsung marah dan menghakimi.
BACA JUGA:Yakin Ucapan adalah Doa: Belajar Ilmu Parenting dari Kisah Imam Besar Masjidil Haram
4. Bangun Interaksi Aktif
Daripada menggunakan kalimat pernyataan apalagi tuduhan yang akan menyakiti anak, lakukanlah dengan berdialog. Tanyakan apa yang sedang dia lakukan dengan gadgetnya, tanyakan juga apa alasanya melakukan itu.
Dokter Aisah sendiri juga sering bertanya pada anaknya, seperti "Kenapa kamu suka mengajinya lewat gadget?"