"Karena mudah diakses Bu, bisa dengar langsung pelafalannya, saat tidak ada guru di samping kita" kata dr Aisah mencontohkan jawaban anaknya.
Maka berbaiksangkalah pada anak. Komunikasi yang aktif dengan cara yang baik juga akan membuat anak mau lebih terbuka dengan orang tuanya.
5. Cukupi Bahasa Kasih Anak
Dokter Aisah menjelaskan, daripada marah-marah dan curiga yang justru dapat menjauhkan hubungan dengan anak, fokuslah dalam mencukupi bahasa kasih anak.
Jadilah tempat anak mencharge energinya saat sudah terkuras. Sehingga dengan sendirinya, saat anak merasa lelah maka yang dia cari adalah ibunya. Dan tanpa kita curiga, anak pun akan dengan sendirinya menceritakan keluh kesahnya.
Jadilah ibu yang lebih peka dengan anak, jadi saat anak mulai lelah, isi baterainya dengan bahasa kasih anak yang pling dominan.
Misal, tiba-tiba anak keluar kamar dan mencari kita, ini bisa jadi tanda anak butuh di charge energinya. Dan penting memahami bahasa kasih anak.
Saat anak paling suka sentuhan, maka peluk dia saat merasa lelah. Atau saat bahasa kasih anak adalah pujian, maka puji atas apa yang baru atau sedang dia lakukan.
6. Percayalah pada Anak
Saat anak bercerita atau menjelaskan sesuatu, maka simak baik-baik ceritanya. Terimalah dengan rasa percaya dan sungguh-sungguh.
Karena yang akan jadi masalah menurut dr Aisah adalah saat orang tua mengatakan "bohong" ketika anak menjelaskan. Ini justru akan menjauhkan hubungan orang tua dan anak, serta membuat anak engga bercerita lagi pada orang tua.
Jadi, pastikan sebagai orang tua selalu mengeluarkan kata-kata yang baik kepada anak.
Dengan beberapa cara ini, juga akan lebih membuat kita tenang dan merasa dekat dengan anak. Daripada selalu dipenuhi rasa curiga ke anak, akan membuat pusing dan tidak tenang.(*)