Benar saja, Singa Loh dan Singa Aji merasa ada yang janggal dari sebuah pohon manggis tua.
Mereka merasa sudah beberapa kali menebangnya, namun anehnya keesokan harinya pasti pohon manggis itu sudah tumbuh seperti semula lagi.
BACA JUGA:Mengeksplor Tuk Bima Lukar Dieng, Mata Air Peninggalan Hindu Kuno di Jawa Tengah
Sang Kakak hampir putus asa dengan keanehan ini, namun adiknya terus menyemangati kakaknya agar bersabar dengan ujian ini, Singa Aji memiliki keyakinan dengan mensabari ujian ini akan menjadikan pemukiman serta mushola yang dibangunnya kelak akan menjadi ramai.
Memang rencananya lahan yang sedang digarap mereka berdua ini akan dibuat sebuah surau atau mushola untuk tempat beribadah penduduk nantinya.
Setelah disemangati adiknya, bukannya malah ikut bersemangat Singa Loh malah meremehkan sang adik, ia mengatakan bahwa adiknya masih anak kemarin sore tidak pantas menasehatinya.
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, kakak dan adik ini memiliki sifat yang berbeda, Singa Loh dikenal keras kepala, sedangkan Singa Aji memiliki sifat rendah hati.
Hasil Tirakat Singa Aji
Selain selalu memberikan semangat pada kakaknya, Singa Aji memberikan saran agar mereka tirakat dengan melakukan shalat malam.
Lagi-lagi Singa Loh meremehkan saran dari adiknya, ia menganggap bahwa meminta pertolongan kepada Allah SWT itu termasuk mengeluh atau sifat putus asa.
Karena kakaknya menolak, akhirnya Singa Aji melakukan shalat malam sendirian setiap harinya.
Di hari ketujuh, setelah melakukan shalat Singa Aji tertidur sampai pagi, saat bangun ia melihat pohon manggis yang kemarin sudah ditebang tidak tumbuh lagi seperti sebelumnya.
Ia bersyukur karena bisa melanjutkan pekerjaannya membangun mushola bersama kakaknya.
Moksanya Singa Loh
Setelah mushola sudah terbangun, ada satu hal yang masih kurang menurut Singa Aji.