Batik Sepanjang 16 Meter, Pekalongan Awali Peringatan Hari Batik Nasional
Membatik- Nampak para pelaku batik tengah membatik kain bersama sepanjang 16 meter di halaman museum batik Pekalongan.-FOTO-Dwi Fusti Hana Pertiwi
Radarpekalongan.co.id – Suasana halaman museum batik Pekalongan nampak ramai di awal Oktober ini. Puluhan pembatik dari berbagai komunitas, kampung batik hingga para tokoh batik tampak antusias menorehkan lilin panas di atas kain putih panjang yang terbentang sejauh 16 meter.
Kegiatan membatik bersama ini menjadi pembuka rangkaian peringatan Hari Batik Nasional ke-16 di Kota Pekalongan, Kamis (2/10/2025). Angka 16 dipilih bukan tanpa alasan sebagai penanda tahun ke-16 sejak batik ditetapkan UNESCO sebagai warisan budaya dunia.
Kepala Dinparbudpora Kota Pekalongan, Sabaryo Pramono, menyebutkan kegiatan ini melibatkan 32 pembatik yang bersama mengisi kain panjang tersebut dengan pola yang sudah disiapkan. “Kami ingin menunjukkan bahwa batik adalah identitas Kota Pekalongan yang harus terus hidup dan berkembang,” ucapnya.
Tak berhenti di situ, malam harinya juga digelar sarasehan batik. Forum ini diharapkan menjadi ruang diskusi hangat, tempat masyarakat, komunitas, dan pelaku batik menyampaikan gagasan maupun kritik demi kemajuan batik Pekalongan di masa depan.
BACA JUGA:Bersinergi dengan APH, Lapas Pekalongan Gelar Razia Gabungan, Tegaskan Komitmen Menuju ZERO HALINAR
BACA JUGA:Wakil Bupati Sukirman Tegaskan Pemkab Pekalongan Siap Tindaklanjuti Aspirasi Mahasiswa
BACA JUGA:Proses Pengangkatan PPPK Paruh Waktu di Kabupaten Pekalongan Masih Berlanjut Hingga Akhir Tahun 2025
Selain rangkaian peringatan Hari Batik, Sabaryo menegaskan bahwa pembinaan terhadap pengrajin terus dilakukan. Workshop, pelatihan, hingga kerja sama dengan beberapa museum luar seperti di Surakarta dan Yogyakarta menjadi bagian dari upaya menjaga regenerasi. “Alhamdulillah, dengan sinergi ini para pengrajin punya kesempatan untuk terus belajar dan berkembang,” tambahnya.
Hari itu, setiap goresan canting bukan sekadar motif indah di atas kain, melainkan simbol kebersamaan dan tekad untuk menjaga batik tetap berdenyut di Kota Pekalongan sebuah kota yang namanya tak bisa dilepaskan dari warisan budaya dunia itu. (Ap3)
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:

