iklan banner Honda atas

Nestapa Imrothul dan Rahma, Terpaksa Hidup Mandiri di Rumah Tak Layak Huni

Nestapa Imrothul dan Rahma, Terpaksa Hidup Mandiri di Rumah Tak Layak Huni

*Prihatin, Bupati Langsung Sambangi

BATANG - Dua kakak beradik perempuan di Desa Selopajang Barat, Kecamatan Blado, benar-benar hidup dalam kepayahan. Ayahnya telah lama meninggal, sementara sang ibu hanya pulang sebulan sekali karena bekerja, Imrothul Solehah (14) dan adiknya, Rahma Devina Lusiana (13) pun terpaksa bertahan hidup di rumah belum layak huni.

Saat ini, Imnrothul masih duduk di bangku kelas 8 MTs Al Sa'id Blado, sementara Rahma adalah siswi kelas 6 MI Selopajang Barat. Selama ini mereka telah hidup berkarib dengan keterbatasan. Ayahnya telah meninggal dunia sejak mereka balita. Sementara sang ibu karena alasan ekonomi, terpaksa bekerja sebagai asisten rumah tangga di Doro, Kabupaten Pekalongan, dan hanya sempat pulang sebulan sekali.

Praktis, Imrothul dan Rahma dipaksa hidup mandiri. Setiap hari, mereka harus berbagi tugas memasak dan membersihkan rumah, di samping aktivitas belajar untuk sekolahnya.

Dengan raut wajahnya yang masih polos, Imrothul pun bertutur tentang kepayahan hidup yang harus dijalaninya bersama sang adik. Keduanya harus terbiasa makan sehari sekali, karena memang tidak ada makanan atau uang untuk membeli makanan. "Pernah satu hari sampai tidak makan, karena tidak ada bahan makanan untuk dimasak," tuturnya.

Ia pun mengamini bahwa ibunya bekerja sebagai pembantu rumah tangga di di daerah tetangga, yang tidak setiap hari pulang ke rumah. "Ibu bekerja sebagai pembantu rumah tangga di Doro, pulangnya sebulan sekali," pungkasnya.

Kabar tentang nestapa Imrothul dan Rahma ini akhirnya sampai ke telinga Bupati Batang, Wihaji. Tak perlu menunggu lama, Wihaji pun turun tangan menyambangi kediaman kakak beradik ini, Senin (21/9/2020).

"Saya dilapori langsung oleh masyarakat, ternyata inilah potret warga kita. Saya kira dari sekian masalah serupa, ini jadi prioritas yang harus dibantu dan mendapat perhatian dari pemerintah daerah," kata Wihaji.

Walapun rumahnya sudah dapat bantuan rehab Rumah Tidak Layak Huni (RTLH), hal itu menurut Wihaji hanya bagian kecil yang harus dibantu.
"Tapi yang lebih penting adalah bagaimana men-support generasi berikutnya. Walaupun sudah masuk dalam program keluarga harapan (PKH), tapi anak harus dikasih semangat karena ditinggal orang tuanya yang pulangngnya satu bulan sekali," terang Bupati.

Wihaji menyebut mental Imrothul dan Rahma luar biasa, bahwa di usia yang lazimnya lebih lekat dengan bersenang-senang, keduanya justru harus hidup mandiri, mengurus sendiri kebutuhan hingga makan. Terlebih, rumah yang mereka tempati juga masih jauh dari layak, bahkan prasarana MCK pun tak ada.

"Pemkab akan bantu, terutama untuk kebutuhan prioritas dulu, seperti tempat tidur yang layak, tempat mandi dan dapur. Karena mereka butuh kepantasan selaku warga Batang," jelas Wihaji.

Pemkab Batang juga tetap memberikan tambahan beasisiwa Rp 250 ribu dan Rp 500 ribu perbulan. Dalam kunjungannya itu, Bupati juga menyerahkan bantuan Rp 5 juta serta sembako.

Wihaji juga mengapresiasi kepedulian warga sekitar, ketika tidak ada makanan tetangganya selalu hadir membantunya. "Saya terima kasih atas kepeduliannya dan di sini pemerintah juga harus hadir," ungkap Wihaji. (nov)

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: