Menyalakan Api Gotong Royong

Menyalakan Api Gotong Royong

TEMA gotong royong yang diangkat dalam peringatan Hari Lahir Pancasila 2020, 1 Juni lalu, dinilai relevan dengan suasana kebatinan masyarakat Indonesia yang tengah menghadapi pandemi Covid-19. Bahwa dalam situasi sulit, Indonesia membutuhkan turun tangannya anak-anak bangsa untuk saling bantu membantu dan bahu membahu mengatasi masalah nasional bersama.

"Dalam pemahaman lain, artinya api gotong royong ini harus terus dinyalakan oleh setiap anak bangsa. Bukan saja karena kecenderungan nilai-nilai luhur bangsa yang tergerus, tetapi juga nilai gotong royong ini perlu dikontekstualisasikan dengan semangat zaman, justru agar tetap menyala apinya," ungkap Plt Kepala Badan Kesbangpol Batang, A Handy Hakim SSos, baru-baru ini.

Dia mencontohkan aktivitas generasi milenial yang terkadang memunculkan fenomena yang seolah paradoks. Menurut Handy, di tengah kecenderungan dominasi teknologi internet, gadget, hingga media sosial, sebagian pihak mengkhawatirkan potensi lahirnya generasi merunduk yang narsistik, hanya peduli dengan eksistensi dirinya.

"Tetapi pada sisi yang lain, mereka ternyata memiliki semangat dan cara sendiri untuk menunjukkan kepedulian sosial dan bergotong royong membantu sesama yang membutuhkan. Misalkan melalui crowdfunding, donasi yang digalang via medsos, dan lainnya yang terbukti efektif. Yang jelas, gerakan itu dijalankan tanpa bisa lepas dari internet, medsos, misal bagaimana orang menggalang dukungan dan donasi via portal kitabisa.com, ini kan potensi gotong royong yang luar biasa," jelas handy.

Termasuk pada masa sulit karena pandemi Covid-19, anak-anak milenial juga berlomba-lomba melakukan aksi sosial. "Inilah bukti bahwa gotong royong kadang butuh juga dikontekstualisasi dalam alam batin anak-anak milenial agar tetap hidup. Karena seperti kata Bung Karno dalam sidang BPUPKI 1 Juni 1945, gotong royong sesungguhnya adalah saripati dari Pancasila itu sendiri," pungkasnya. (sef)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: