Promosikan Produk Unggulan dan Batik Rifaiyah, Dekranasda akan Bangun Ruang Pemer

Promosikan Produk Unggulan dan Batik Rifaiyah, Dekranasda akan Bangun Ruang Pemer

Ketua Dekranasda saat menjadi pembicara pada diskusi batik Batang. (Dok istimewa)

BATANG - Untuk mempromosikan sekaligus lebih mengenalkan produk batik Batang, dan khususnya batik Rifaiyah serta unggulan lainnya, Dewan Kerajinan Nasional Daerah Kabupaten Batan, siap membangun ruang pamer (show room). Selain itu, hasil produksi usaha kecil dan menengah (UMKM) juga akan dipamerkan di tempat tersebut.

Ketua Dekranasda Kabupaten Batang, Uni Kuslantasi usai acara Diskusi Pengembangan Batik Batang, mengatakan bahwa pihaknya merasa bangga dengan muculnya produk batik Rifaiyah yang dapat diunggulkan dengan motif batik yang spektakuler.

"Kita memiliki tanggung jawab bagaimana memasarkan produk-produk unggulan seperti batik Rifaiyah agar makin diminati oleh pembeli lokal maupun mancanegara. Oleh karena, kami bermimpi ada tempat 'show room' untuk tempat promosi memasarkan produk-produk UKM, termasuk bentuk contoh produk batik Rifaiyah," ujar Uni Kuslantasi.

Selain membangun tempat ruang pamer, dekranasda juga terus berupaya mempromosikan produk UKM dan batik Rifaiyah dengan mengikuti beberapa ajang pameran ke luar daerah seperti ke Bali, Jakarta, dan Balikpapan.

"Dari hasil promosi itu, sudah ada para pelaku kerajinan yang bisa berjalan sendiri, dan secara ekonomi sudah dapat menunjang ekonomi mereka dan perekonomian di daerah. Promosinya sudah luar biasa, kita tinggal memberikan semangat dukungan," jelasnya.

Uni Kuslantasi menambahkan, untuk melestarikan kerajinan batik Rifaiyah, Dekranasda akan terus mendorong para pelaku dapat berinovasi dan kreatif dengan memunculkan motif-motif batik yang bisa spektakuler agar diminati oleh pembeli.

"Kita akan mengupayakan tamu-tamu pemerintah daerah bisa menyempatkan melihat atau membeli batik-batik itu. Ini juga sebagai upaya kami ikut memasarkan produk-produk unggulan di daerah pada tamu-tamu yang datang ke pemkab," beber Uni.

Direktur Peneliti dan Pecinta Batik Indonesia, William Kwan mengatakan bahwa sebagian besar masyarakat belum mengenal corak maupun motif batik apakah itu batik tulis atau batik cap.

"Saya menduga 97 persen sampai 98 persen, (masyarakat) belum bisa membedakan antara batik tulis dengan batik cap. Oleh karena, kita perlu memberikan pengetahuan tentang batik baik melalui visual maupun yang lainnya," ungkap William.

Pada acara diskusi itu, pelaku kerajinan batik disuguhi pemutaran film pendek dari seorang seniman Belanda Sabine Bolk. Film itu bernarasi tentang bagaimana batik dibuat yang diceritakan melalui media sebuah tarian batik dan menceritakan sejarah pengaruh Indo-Eropa dalam batik Pesisiran Jawa. (red/hmb)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: