Sedimentasi Parah, Sungai Kendal Kian Dangkal

Sedimentasi Parah, Sungai Kendal Kian Dangkal

Ratusan Rumah Terancam Banjir

Tingginya proses sedimentasi telah mengakibatkan Sungai Kendal yang melintasi tengah kota semakin mengalami pendangkalan. Jika tak segera dinormalisasi, maka saat intensitas curah hujan tinggi, air sungai bisa meluap dan membanjiri ke pemukiman warga terdekat.

Sendimentasi parah ini telah berlangsung beberapa tahun dan belum ada tindakan pengerukan dari instansi terkait. Dampak pendangkalan sungai itu terutama berada di sepanjang wilayah Kelurahan Kebondalem hingga dekat muara sungai di Kelurahan Bandengan.

Salah satu warga RT 11, RW 5 Kelurahan Pegulon, Tri Yuni mengaku selalu was-was rumahnya kemasukan air banjir saat turun hujan. Pasalnya, tempat tinggalnya berada di pemukiman yang rawan banjir. Pada tahun 2020 lalu terjadi banjir berkali-kali, bahkan pernah dalam seminggu terjadi banjir sampai 3 kali. Air banjir di dalam rumah mencapai 40 sentimeter. "Tahun lalu masih sering banjir, apalagi kalau hujan deras di daerah pegunungan, di sini pasti banjir," katanya, Senin (15/11/2021)

Tri Yuni berharap, Sungai Kendal yang berada di dekat rumahnya segera dilakukan pengerukan. Pasalnya, sungai yang tadinya cukup lebar itu, kondisinya dangkal, lebih dari separuh sungai juga sudah tertutup endapan lumpur hingga ditumbuhi rumput. Tidak hanya di RW 5, tetapi di wilayah RW 4 pun rawan banjir.

"Mintanya ya sungai itu dikeruk, soalnya tanahnya kan hampir memenuhi ya, apalagi itu tingginya sudah hampir rata sama jalan kan. Kalau misalnya dikeruk mungkin mengurangi banjir," ungkapnya.

Kepala Balai PSDA Bodri Kuto UPTD Dinas Pusdataru Provinsi Jawa Tengah, Kasir mengatakan, dua tahun lalu sungai tersebut sudah dikeruk, namun karena tingkat sedimentasi cukup tinggi, terutama saat hujan, sehingga sungai menjadi cepat dangkal.

Penyebabnya karena adanya pembukaan lahan galian C di daerah aliran sungai di wilayah Kecamatan Ngampel. Lahan yang semula berupa hutan, berubah menjadi lahan kosong. Ia berharap kepada pihak berwenang agar segera melakukan konservasi lahan di kawasan bekas galian C. "Dengan adanya pembukaan lahan yang dulunya hutan banyak pohon, nah sekarang lahan terbuka, material pasir masuk sungai. Maka harusnya ada konservasi, jika ada hujan, sedimentasi tidak masuk sungai," katanya.

Pada tahun 2021 ini, pengerukan Sungai Kendal hanya di wilayah Kelurahan Sukodono, mulai Bendung Trompo ke arah hulu. Pasalnya anggarannya terkena refocusing untuk penanganan Covid-19. Untuk tahun 2022, pihaknya sudah mengusulkan supaya dilakukan pengerukan sungai hingga wilayah Kelurahan Bandengan. Banyaknya bangunan liar yang berada di bantaran Sungai Kendal menjadi kendala, karena menghalangi alat berat yang akan mengeruk sungai. "Kami harapkan kepada Pemkab Kendal bisa kolaborasi membantu melakukan penertiban terhadap bangunan liar di sepanjang bantaran sungai," harapnya.

Imbas jika Sungai Kendal meluap, maka kawasan perkantoran Pemkab Kendal pun bisa terkena banjir. Ratusan rumah di Kelurahan Kebondalem, Kalibuntu, Pegulon, Patukangan, Pekauman, Balok dan Bandengan pun terkena banjir. (lid)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: