Demi Antar Soal, Guru Rela Terjang Sungai dan Bukit

Demi Antar Soal, Guru Rela Terjang Sungai dan Bukit

*Atasi Wilayah Blank Spot

PENUH PERJUANGAN - Para guru dan Kepala SMPN 4 Bawang saat melakukan jemput bola ke rumah siswa melalui sungai dan perbukitan.

BAWANG - Di tengah pandemi Covid-19, kegiatan belajar tetap dilakukan dengan sistem daring/online. Kegiatan Penilaian Akhir Tahun (PAT) pun tetap dilaksanakan. Hanya saja, di tengah wabah corona, kegiatan PAT menggunakan model penugasan. Untuk penugasan sendiri umumnya dilaksanakan secara online.

Namun penugasan PAT untuk kelas 7-8 secara online ini tidak bisa dilakukan di seluruh sekolah yang ada di Batang. Pasalnya beberapa wilayah di Batang belum sepenuhnya tersentuh layanan internet. Selain itu tidak semua siswa ataupun murid memiliki kemampuan untuk mengakses layanan internet.

https://m.youtube.com/watch?v=D261gDxvpRM

Untuk itu, beberapa sekolah berinisiatif melakukan jemput bola ke rumah siswanya. Salah satunya seperti dilakukan SMPN 4 Bawang di Dukuh Sigemplong Desa Pranten, Selasa (2/6/2020).

Kepala SMPN 4 Bawang, Mulud Sugito menjelaskan, pihak sekolah berinisiasi mengantarkan soal penugasan PAT tersebut ke rumah 35 siswanya. Baik yang tinggal di Dukuh Bintoro Mulyo, Rejosari, Sigemplong maupun Pranten.

"Kami sudah menyediakan layanan pembelajaran daring. Seperti dengan memanfaatkan Google Form, Google Classroom, Edmodo, What's App dan lainnya. Namun karena adanya keterbatasan, baik dari siswa maupun guru, maka kami juga masih menggunakan cara manual, yakni dengan jemput bola," ujarnya.

Bahkan untuk itu para guru rela menyusuri bukit dan sungai serta jalan kaki sekitar 3-5 kilometer. Pasalnya salah satu akses untuk menuju Desa Pranten harus melalui jalur setapak perbukitan dan sungai dekat ladang warga. Meski harus berjalan kaki, jalur ini dirasa paling aman, terlebih jika hujan turun, dan akses jembatan Kali Putih (Pranten-Rejosari) yang saat ini tengah direnovasi lantaran longsor beberapa waktu lalu.

Selain itu, ada akses juga yang bisa digunakan dengan memutar arah ke Kecamatan Bawang. Hanya saja jalur ini menempuh jarak sekitar 20 kilometer. Sehingga lebih banyak memakan waktu.

"Sebenarnya untuk akses ke Dukuh Pranten dari sekolah ini ada tiga macam. Yang pertama menyusuri tebing dan sungai dengan melewati kebun dan ladang warga. Ini jalurnya paling cepat meski harus ditempuh berjalan kaki. Sedangkan jika mau naik motor atau mobil hanya bisa dilakukan untuk orang yang sudah terbiasa. Bisa melewati jalur Pranten-Rejosari hanya saja muter sekitar 11-12 kilo. Dan saat ini juga jembatannya tengah diperbaiki karena longsor beberapa waktu lalu," jelas Mulud.

Untuk PAT kali ini pihak sekolah langsung mengantarkan semua soal mata ujian ke siswanya. Nantinya pihak sekolah akan kembali melakukan jemput bola ke rumah siswa pada Hari Sabtu berikutnya.

"Untuk kali ini kami langsung antarkan penugasan untuk 11 mata pelajaran. Nanti ketika hari Sabtu, guru kami akan melakukan jemput bola kembali ke rumah siswa," imbuhnya didampingi para guru yang ikut jemput bola, Eko Triyono dan Yayat Abdulloh.

Sementara itu, salah satu siswa, Khoerul Risal mengaku saat ini proses belajar di rumah yang dijalaninya berjalan lancar. Meski di rumah, ia selalu berusaha menyempatkan waktu untuk belajar dan mengerjakan tugas yang diberikan gurunya. Meski terkadang memiliki koneksi internet dengan meminjam handphone orang tuanya, ia juga terkadang juga kesulitan jika harus mengakses semua pembelajaran secara online. Ia pun sangat berterima kasih atas kerja keras gurunya melakukan jemput bola ke rumahnya.

"Terkadang pakai WhatsApp karena zaman sudah modern. Tapi kadang sinyalnya susah dan kadang tergantung kuota koneksi internet. Sehingga biasanya pak guru memberikan tugas ke rumah. Biasanya Senin datang ke rumah, tetapi karena kemarin libur jadi ke sini hari ini. Dan biasanya Sabtu akan kembali ke sini untuk mengambil hasil penugasannya," ujar siswa kelas 8 ini. (nov)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: