Banjir Rob hingga 1,4 Meter

Banjir Rob hingga 1,4 Meter

Menurutnya, tugas pemerintah adalah mencari solusi untuk mengatasi masalah warga. "Ini lagi rembug dengan warga terbaiknya seperti apa," imbuhnya.

Nasib memilukan selama ini dialami warga Dukuh Simonet. Di tengah pandemi Covid-19, ratusan jiwa di pedukuhan ini harus hidup di kepungan banjir rob.

"Kemarin malam, malam Minggu dan malam Senin, air rob masuk ke dalam rumah dengan ketinggian 40 cm," terang Kepala Desa Semut, Sugiono, dikonfirmasi Radar, Selasa (5/5/2020).

Dikatakan, banjir rob akibat air pasang laut mulai masuk pemukiman sekitar pukul 15.30 WIB hingga pukul 20.00 WIB. Puncak tertinggi air pasang, kata dia, sekitar pukul 18.00 WIB, atau saat warga berbuka puasa. "Mulai pasang sekitar pukul 15.30 WIB hingga 20.00 WIB. Tertinggi saat Maghrib, dan atau saat berbuka puasa," kata dia.
Disebutkan, di Dukuh Simonet terdapat 230 jiwa, 68 kepala keluarga, dan 56 rumah. Menurutnya, rata-rata semua rumah di pedukuhan itu tergenang banjir rob.

"Untuk sementara warga masih bertahan di rumah masing-masing, karena tidak punya tempat tinggal yang lain. Suruh ngungsi juga ndak mau. Kalau pas pasang ya gitu, kalau ndak ya ndak rob," kata dia.
Dikatakan, pasang air laut saat ini hampir terjadi tiap bulan.

Banjir rob di pedukuhan itu kian parah akibat dampak setelah Wonokerto ditanggul, sehingga air tidak bisa meluap kemana-mana. "Pedukuhan ini kan posisinya di sebelah utara tanggul dan di tepi laut lepas sehingga akhirnya air tertekan di situ, makanya terparah di Simonet ini," ujar dia.

Menurutnya, bronjong pengaman dari batu yang dibangun pemerintah pusat saat ini sudah tenggelam, sehingga tidak bisa menahan air pasang laut naik ke pemukiman warga.

Menurutnya, untuk mengatasi persoalan rob di Simonet, diharapkan pemerintah pusat membangun tanggul untuk penanggulangan rob. "Seperti bronjong tapi jangan pakai batu lagi. Dulu batu-batunya besar-besar sekali, dan bisa tenggelam," ujar dia.

Sebelumnya diberitakan, ratusan warga di Dukuh Simonet, Desa Semut, Kecamatan Wonokerto, Kabupaten Pekalongan kian resah dengan rusaknya bangunan breakwater di sepanjang pesisir pantai di wilayah itu. Dengan kerusakan bangunan pemecah gelombang itu, banjir rob saat ombak pasang hampir menyapu seluruh pemukiman di Dukuh Simonet.

Kecemasan warga di pedukuhan paling utara di pesisir Kota Santri ini kian menjadi seiring dengan selesainya tanggul penanggulangan banjir rob. Maklum, pedukuhan ini berada di luar tanggul atau di sisi utara tanggul, sehingga kekhawatiran akan dampak ombak pasang laut kian menjadi.

Ketua RT 14 Dukuh Simonet, Sunaryo, menuturkan, di Dukuh Simonet terdapat 56 rumah, dengan 250-an kepala keluarga. Jumlah pemilih di pedukuhan ini ada 188 jiwa. Untuk mengatasi abrasi dan mencegah banjir pasang air laut, pemerintah membangun breakwater dengan konstruksi bebatuan. Ia mengaku lupa kapan breakwater itu dibangun, namun seingatnya pada tahun 2014.

"Breakwater itu dulu tingginya sekitar 2 meter, namun sekarang ambles hingga tingginya kurang dari 1 meter. Konstruksi batu untuk pemecah gelombang ini juga banyak yang bolong sehingga tidak berfungsi optimal saat air laut pasang," terang dia.

Oleh karena itu, banjir rob akibat pasang laut pun terus terjadi di pedukuhan ini. Bahkan, banjir sudah memasuki hampir semua rumah di dukuh tersebut, dengan ketinggian air di dalam rumah berkisar antara 20 cm hingga 50 cm.

"Untuk banjir rob sendiri biasanya terjadi pada bulan 4, 5, dan 6," terang dia.

Selama musim banjir rob, lanjut dia, akses masyarakat di pedukuhan ini nyaris terisolir. Sehingga warga pun kian kesulitan mendapatkan kebutuhan sehari-hari selama musim banjir rob.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: