Gegap Gempita Abaikan Ancaman Corona

Gegap Gempita Abaikan Ancaman Corona

RAMAI KEMBALI - Kawasan Alun-alun Kota Pekalongan menjadi salah satu titik keramaian yang banyak disesaki masyarakat karena terdapat beberapa pusat perbelanjaan.

KOTA - Situasi Kota Pekalongan sepekan terakhir memantik rasa heran sekaligus menimbulkan keprihatinan. Di tengah berbagai pembatasan, masyarakat justru tumpah ruah di sejumlah titik keramaian, menciptakan kerumunan dan abai terhadap anjuran protokol kesehatan. Makin mendekatnya hari raya disambut dengan gegap gempita oleh warga. Berbagai rekaman kondisi keramaian, sudah banyak bersliweran dan menunjukkan ancaman virus corona makin tak diperhitungkan.

Sejumlah titik keramaian di Kota Pekalongan menjadi sorotan. Diantaranya Kawasan Alun-alun Kota Pekalongan di mana terdapat sejumlah pusat perbelanjaan seperti Matahari Department Store, dan toko Ria Busana. Tak ketinggalan wisata belanja kaki lima di seputaran Alun-alun yang juga mulai disesaki pengunjung. Selain itu, ada pusat perbelanjaan lain yang juga terpantau penuh oleh pengunjung seperti toko Malala di Jalan KH Mas Mansyur, Ramayana di Jalan Dr Soetomo, dan Swalayan Superindo di Jalan Dr Wahidin.

Pantauan Radar, sejumlah pusat perbelanjaan juga telah menerapkan aturan-aturan khusus dalam rangka pencegahan Covid-19. Di Matahari Department Store misalnya, jumlah pengunjung maksimal dibatasi 500 orang, disediakan tempat cuci tangan, pemeriksaan suhu badan, dan wajib bermasker. Di Toko Ria Busana, jumlah pengunjung juga dibatasi maksimal 350 orang, disediakan tempat cuci tangan dan wajib bermasker. Sedangkan di Toko Malala, jumlah pengunjung maksimal dibatasi 150 orang dan penerapan protokol kesehatan.

Selain di lokasi pusat perbelanjaan, beberapa lokasi lain juga menjadi titik kumpul masyarakat seperti di Kawasan Jetayu, Gapura Nusantara dan juga di Kawasan Pasar Banyurip. Berbagai aktivitas yang dilakukan, juga menimbulkan kerumunan seperti sekedar makan minum atau berkumpul setelah kegiatan bersama.

Pasar tiban dan Pasar Wisata Mataram yang sebelumnya sempat ditiadakan kini juga sudah aktif kembali. Sejumlah titik pasar tiban saat ini sudah beroperasi normal setiap harinya.

Melihat kondisi tersebut, pembatasan-pembatasan kegiatan yang sudah dilakukan Pemkot Pekalongan seperti tak bertaring. Sejak awal penanganan pandemi Covid-19, Pemkot sudah memberlakukan beberapa pembatasan seperti penerapan jam malam, penutupan pasar tiban, imbauan pelaksanaan protokol kesehatan dan juga menutupan akses di sejumlah titik keramaian. Awalnya pembatasan tersebut terlihat berjalan efektif, namun kini aturan-aturan itu seperti sudah tak dihiraukan.

Beberapa warga yang sempat ditemui, mengaku paham betul ancaman virus corona. Namun budaya yang sudah biasa berjalan menjelang hari raya juga tak dapat ditinggalkan. Mereka mengaku hanya sekedar ingin memenuhi kebutuhan menjelang hari raya. "Biasa karena mau belanja baju baru. Mungkin yang lain juga sama tujuannya," tutur Mustofa, salah satu warga.

Secara pribadi, dia mengaku menerapkan anjuran pemerintah dalam melaksanakan protokol kesehatan. Bermasker, menjaga jarak dan cuci tangan saat akan masuk ke pusat perbelanjaan. Setelah mendapat apa yang dicari, dia juga mengaku langsung pulang ke rumah. "Ya hanya belanja saja kemudian langsug pulang," katanya.

Imah, warga lainnya juga menyatakan hal yang sama. Dia mengaku tahu bahwa saat ini tengah ada pandemi. Namun lagi-lagi budaya menjelang hari raya untuk berburu busana baru harus dituruti. "Apalagi anak-anak kan pasti minta untuk belanja baju baru. Jadi mau tidak mau ya kita turuti. Saya juga tidak tahu kalau ramai begini. Yang terpenting saya dan keluarga tetap jaga-jaga masing-masing," akunya.

Wali Kota Pekalongan, M Saelany Machfudz, yang juga Ketua Gugus Tugas Penanganan Covid-19, mengaku khawatir melihat kondisi demikian. Wali Kota bahkan sempat mengancam akan menutup mal dan pusat perbelanjaan jika tak menerapkan protokol kesehatan secara ketat. Wali Kota menyatakan sudah mengundang perwakilan beberapa mal dan pusat perbelanjaan dan menyampaikan hal tersebut.

"Kami sudah sampaikan, intinya kalau memang tidak bisa mengendalikan sesuai protokol kesehatan, kami perintahkan untuk ditutup. Mereka harus mengerahkan tenaga sebanyak-banyaknya untuk mengawal pengunjung dan mengendalikan sesuai protokol kesehatan. Seperti membatasi jumlah pengunjung yang masuk dan menjaga jarak pengunjung. Kalau memang tidak mampu maka kami perintahkan untuk ditutup," tuturnya kemarin.

Setelah peringatan keras dari wali kota, Tim Gugus Tugas Penanganan Covid-19 juga turun langsung melakukan pemantauan di sejumlah titik yang menjadi pusat keramaian. Pantauan yang dilakukan Tim Gugus Tugas, dalam rangka memastikan penerapan protokol kesehatan di pusat-pusat keramaian.

Kondisi demikian tentu menimbulkan kekhawatiran terkait penularan Covid-19. Kerumunan menjadi satu hal yang wajib dihindari di tengah pandemi. Apalagi melihat statistik kasus positif Covid-19 di Kota Pekalongan yang sebagian besar merupakan kasus Orang Tanpa Gejala (OTG). Dari 14 kasus yang tercatat di Kota Pekalongan, delapan kasus positif merupakan kasus OTG di mana orang yang positif terpapar Covid-19 tidak menunjukkan gejala.(nul)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: