OPD Pemkot Pekalongan Diberikan Pelatihan Pantau Penurunan Muka Tanah
KOTA - Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) bermitra dengan European Space Agency (ESA) melakukan pelatihan pemanfaatan penginderaan jauh dan pengenalan Observations Services Esa dalam pemantauan penurunan muka tanah dengan peserta sejumlah OPD di lingkungan Pemkot Pekalongan.
"Kelebihan pemanfaatan penginderaan jauh ini bisa digunakan mulai dari perencanaan, pelaksanaan monitoring secara periodik, hingga evaluasi. Penginderaan jauh dinilai sangat penting dalam berperan memantau perkembangan suatu daerah dari aspek pembangunan, potensi pengurangan banjir, penurunan muka tanah, dan sebagainya," tutur Kepala Riset Pusat Penginderaan Jauh (KRPP) pada Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN), Rahmat Arief.
Menurutnya, dengan berkolabirasi bersama ESA ini nantinya akan tersedia data satelit dan pengolahannya hingga menghasilkan informasi detail terkait informasi penurunan tanah per tahun di suatu area. Hasil analisis data satelit terkini menunjukkan bahwa kawasan pesisir Pantura mengalami penurunan muka tanah paling tajam.
"Kondisi geologi daerah pesisir dengan tanah yang lembut secara alamiah membuat tanah terus turun. Tetapi dengan adanya kenaikan permukaan air laut akibat perubahan iklim, penggunaan air tanah, serta didirikannya gedung-gedung megah dan mewah di sepanjang Pantura ternyata semakin memperparah turunnya permukaan tanah," tegasnya.
Sementara itu, Wali Kota Pekalongan, A Afzan Arslan Djunaid menyambut baik adanya pelatihan dan kontribusi BRIN yang telah membantu Kota Pekalongan dalam mencari solusi yang tepat terkait penurunan muka tanah di Kota Pekalongan. Penurunan muka tanah ini dapat meningkatkan status rawan Kota Pekalongan terhadap banjir rob. Di kemudian hari, kata dia, potensi dampaknya bisa jauh lebih besar.
"Alhamdulillah dari BRIN sudah ada program dan alat untuk membantu Kota Pekalongan berupa alat semacam drone yang lebih canggih untuk mengawasi dari udara, mereka sudah mengamati lama Kota Pekalongan ini. Mudah-mudahan ada referensi untuk bisa diketahui detail mengenai sebab akibat, penanganan, faktor resiko dan sebagainya, supaya Kota Pekalongan yang diprediksi Tahun 2035 mendatang tenggelam tidak terjadi," terang Aaf.
Aaf menilai, Kota Pekalongan perlu beberapa masukan dan referensi dari berbagai pihak. Pihaknya berharap, dengan terus bergerak dan berkolaborasi bersama ini, penurunan muka tanah ini bisa dicegah secara signifikan. "Agar Kota Batik ini tidak lebih terdampak banjir dan rob," ungkapnya.
Ditambahakan Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) Kota Pekalongan, Bambang Sugiarto, pihaknya bersyukur dengan adanya bentuk perhatian dan referensi dari berbagai pihak yang membantu Kota Pekalongan dalam mengatasi penurunan muka tanah di Kota Pekalongan. Bambang menilai, permasalahan di Kota Pekalongan selama ini yang dianggap mempercepat lajunya aralah eksploitasi air tanah dalam.
"Dengan upaya penginderaan jarak jauh bisa semakin banyak referensi untuk mengambil suatu kebijakan/ keputusan pemerintah yang tepat," ujar Bambang.
Yang perlu dikaji adalah limpasan air itu disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya kenaikan air laut, penurunan muka tanah, konsolidasi akibat konstruksinya. Menurutnya, ke depan perlu dilakukan upaya-upaya pencegahan yang lebih nyata. Pembuatan Tanggul Raksasa sepertinya belum cukup, namun harus diimbangi dengan kebijakan penggunaan air tanah, penanaman mangrove, dan pencegahan perusakan lingkungan yang harus segera dilakukan.
"Di satu sisi kita butuh penyediaan air baku, tetapi sumber air baku kita bergantung dari daerah tetangga seperti Kabupaten Pekalongan dan Batang. Selain itu, sumur sumur PDAM sumbernya dari air eksploitasi air bawah tanah ditambah masih adanya PAMSIMAS. Akan lebih efektif, jika upaya ini dilaksanakan oleh berbagai elemen masyarakat, tanpa pengecualian," tandasnya.(nul)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: