Pemdes Didorong Buat Perdes Tentang Biopori

Pemdes Didorong Buat Perdes Tentang Biopori

*Untuk Nabung Air

LUBANG BIOPORI - Warga Dukuh Siberuk, Desa Lambanggelun, Kecamatan Paninggaran tengah membuat lubang biopori di halaman rumah mereka.

PANINGGARAN - Pemerintah desa (pemdes) didorong untuk membuat peraturan desa (Perdes) tentang pembuatan lubang biopori. Dengan gerakan ini diharapkan ada tabungan air yang bisa dirasakan manfaatnya saat musim kemarau seperti saat ini.

Hal itu diungkapkan Kepala Cabang Dinas Kehutanan Wilayah IV Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Jateng Endang Sudaryati, ditemui Radar Pekalongan saat kampanye lingkungan di Desa Lambanggelun, Kecamatan Paninggaran, Jumat (20/9).

"Kades bisa membuat peraturan desa agar warganya membuat biopori di halaman rumahnya masing-masing. Ini seperti nabung air. Bagi yang punya duit, bisa membuat sumur resapan," ujarnya.
Pembuatan lubang biopori, lanjut dia, tidak sulit dan bisa diletakkan di mana saja.

Lubangnya hanya perlu kedalaman satu meter untuk menampung air hujan. Lubang tersebut berfungsi untuk menyimpan air dan menambah cadangan air tanah.

"Biopori itu diameter lubangnya cuma 10 cm, kalau sumur resapan sedikit lebih lebar. Ini penting dilakukan untuk menjaga kestabilan air tanah di musim kemarau. Sehingga saat musim kemarau sumur-sumur warga masih terisi baik," ungkapnya.

Manfaat lainnya, kata Endang, lubang biopori bisa difungsikan untuk menampung sampah organik dan mengubahnya menjadi kompos.
"Sampah organik yang dibuang ke dalam lubang biopori bisa menyuburkan tanah dan menghasilkan mineral. Kandungan-kandungan tersebut yang dibutuhkan oleh bumi. Manfaat lainnya adalah lubang biopori bisa mencegah terjadinya erosi," jelasnya.

Dia menegaskan, keberadaan lubang biopori bisa dirasakan manfaatnya lima sampai sepuluh tahun mendatang.
"Ini merupakan investasi untuk anak cucu kita. Mudah-mudahan masyarakat sadar akan pentingnya membuat lubang biopori, minimal di halaman rumah masing-masing," tuturnya.

Sementara itu, Daisah (50), warga Dukuh Siberuk, Desa Lambanggelun, mengatakan, warga sudah kesulitan air bersih sejak tiga bulan terakhir. Sebelum ada dropping air bersih, warga terpaksa mencari air ke tengah hutan sejauh 1 km lebih dengan medan yang sulit. Oleh karena itu, ia merasa senang dengan adanya bantuan air bersih itu, dan menyampaikan rasa terima kasihnya.

"Setiap hari kami paling tidak butuh 5 dirijen air atau sekitar 100 liter air untuk enam jiwa. Ini hanya untuk minum, masak, dan kebutuhan buang hajat. Untuk mandi dan mencuci pakaian di sungai," tutur dia. (ap5)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: