Warga Botosari Menapak Tilas Sejarah Desa

Warga Botosari Menapak Tilas Sejarah Desa

*Manfaatkan Momentum Malam Tirakatan

PANINGGARAN - Botosari, berasal dari dua suku kata, yaitu boto yang berarti batu dan sari yang berarti harum, lebih tepatnya adalah tempat persinggahan putri Tanjungsari.

Hal itu diungkapkan Antarudin, tokoh masyarakat Desa Botosari, Kecamatan Paninggaran saat malam tirakatan HUT RI ke-75, Sabtu malam (16/8/2020), yang dipusatkan di RT 04 RW 02.

Diungkapkan Atarudin yang merupakan tokoh agama di Desa Botosari, bahwa terdapat candi tersebut dengan kondisi yang tertutup rapat dan berlumut namun tidak mengeluarkan bau yang tidak sedap. Dijelaskan, awal berdirinya Desa Botosari masih terkait erat dengan runtuhnya Kerajaan Mataram Kalingga yang berpusat di Candi Borobudur Magelang dari Wangsa Syailendra

"Kekalahan perang yang didesak oleh Kerajaan Mataram Hindu yang berpusat di Candi Prambanan, pengikut Wangsa Syailendra tersebut berusaha melarikan diri ke arah utara hingga sampai ke sebuah hutan saat ini dinamakan Desa Botosari, sebelum ahirnya pelarian tersebut sampai dwipa (Palembang)," jelas Atarudin.

Dari hasil kajian sejarah dan tutur acara turun temurun, kejadian tersebut dari rombongan pelarian yang melewati selatan Pekalongan adalah putri-putri dari Kerajaan Kalingga hingga rombongan singgah dengan mendirikan tempat peristirahatan dan upacara sehingga masyarakat sekitar menyebutnya dengan dua nama yaitu candi putri, karena yang menghuni adalah putri-putri tersebut, sedangkan tempat yang dipakai untuk menyimpan mainan berupa golek kencana (boneka) dinamakan Candi Trenggalek.

Menurut Kepala Desa Botosari, H Karyono yang didampingi Sekdes, Nasikhin, bahwa sebuah penelitian yang dilakukan dinas kebudayaan menyebutkan, percandian tersebut runtuh karena terbalik, hingga dari dua stupa yang ada terpisah, satu masih di dalam percandian sedangkan yang satunya ada di depan masjid. Saat ini yang terlihat adalah puing-puingnya dari percandian putri atau Candi Trenggalek.

Dijelaskan Naskhin, ulasan sejarah tersebut dipaparkan kepada masyarakar Desa Botosari dengan tujuan agar generasi penerus mengetahui sejarah desa, kearifan lokal termasuk harus mengerti sejarah kemerdekaan bangsa Indonesia yang ke-75, agar dapat semangat patriotik mengisi kemerdekaan dengan positif disegala bidang.

Acara malam tirakatan dihadiri ratusan warga desa, yang dengan antusias mengikuti jalannya acara. Diawali dari pembacaan tahlil, mengirimkan do'a untuk tokoh babad desa dan tokoh pahlawan perjuangan negara, dilanjutkan dengan suguhan pentas seni angklung, rebana hingga atraksi dari kesenian kuntulan yang saat ini telah tergerus oleh kesenian modern. (jun)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: