Pengukuran Balita Harus Akurat

Pengukuran Balita Harus Akurat

**Kesalahan Pengukuran Picu Tingginya Stunting

TINJAU - Wabup Arini Harimurti saat meninjau balita saat Rembug Aksi Percepatan Penurunan Stunting Kabupaten Pekalongan Tahun 2019 di Balai Desa Sabarwangi, Kecamatan Kajen. Foto: Hadi Waluyo.

KAJEN - Tingginya angka stunting di Kabupaten Pekalongan yang berada di atas angka nasional perlu divalidasi datanya. Pasalnya, masih ditemukan balita yang sebenarnya tidak stunting tapi masuk dalam data stunting lantaran akurasi pengukuran tinggi dan berat badannya tidak tepat.

Hal itu dikemukakan Dokter Spesialis Anak Dwi Riyanto ditemui Radar Pekalongan saat acara IDI di Kota Kajen, baru-baru ini.
"Saat kita turun di Desa Sabarwangi, Kecamatan Kajen yang menurut data tinggi angkanya, ternyata setelah kita turun tidak setinggi apa yang digemborkan. Karena variasi dari yang ngukur siapa ternyata memengaruhi data ini," terang dia.

Oleh karena itu, lanjut dia, perlu ada perbaikan kualitas cara mengukur tinggi badannya. Karena hasil di lapangan berbeda-beda tergantung dari siapa yang melakukan pengukuran. "Melakukan pelatihan cara mengukur tinggi badan perlu dilakukan, baru data kita ploting apakah stunting atau bukan," ujar dia.

Menurutnya, teknik pengukuran balita yang dilatih bukan hanya ahli gizi di Puskesmas saja, namun kader-kader di desa juga perlu mendapatkan pelatihan cara mengukur balita.

"Buku KIA sebenarnya sudah cukup lengkap untuk bisa melihat parameter apakah balita itu pendek atau tidak, gizi buruk atau ndak," kata dia.
Disebutkan, stunting erat kaitannya dengan asupan gizinya. Balita stunting fisiknya tampak pendek dan kecil. Namun, kata dia, tidak semua perawakan kecil itu pasti stunting.

"Stunting dia pendek dan kecil tapi tidak semua pendek stunting. Kita perlu tahu apa si perawakan kecil dan stunting. Perawakan pendek tidak selalu harus stunting, tergantung gizinya," katanya.

Seperti diberitakan, kasus stunting atau kuntet (cebol) di Kabupaten Pekalongan masih sangat tinggi. Dari sekitar 71 ribu balita, sebanyak 3.200-an balita atau 32 persen diindikasikan mengalami stunting.
Angka stunting di Kabupaten Pekalongan di atas angka stunting nasional yang berada di angka 30,8 persen.

Ambang batas prevalensi stunting dari WHO mengategorikan angka stunting 20 sampai kurang dari 30 persen sebagai tinggi, dan lebih dari atau sama dengan 30 persen sangat tinggi. Oleh karena itu, persoalan stunting menjadi isu nasional yang harus diatasi, sebab menentukan nasib generasi ke depannya.

Dalam rangka mendukung program Jokowi untuk Indonesia lebih sehat, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan Ikatan Istri Dokter Indonesia (IIDI) dalam rangka Hari Bakti Dokter Indonesia menggelar seminar tentang deteksi dini dalam rangka penurunan stunting di Kabupaten Pekalongan di Pendapa Rumdin Bupati, Rabu (25/9). (ap5)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: