Meski Bebas Rabies, Anjing Pemburu Rutin Divaksin Rabies

Meski Bebas Rabies, Anjing Pemburu Rutin Divaksin Rabies

Petugas DKPP Kabupaten Pekalongan melakukan vaksinasi rabies pada anjing pemburu.-Hadi Waluyo-

KAJEN,RADARPEKALONGAN - Jawa Tengah termasuk Kabupaten Pekalongan hingga saat ini statusnya bebas rabies dengan perlakukan vaksinasi. Meski demikian, Bidang Peternakan di Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Pekalongan tetap melakukan upaya pencegahan agar kasus rabies tak meledak di Kabupaten Pekalongan.

Selain melakukan penyuluhan dan sosialisasi di berbagai media, DKPP Kabupaten Pekalongan rutin melakukan vaksinasi rabies pada hewan pembawa rabies, yakni anjing, kucing, dan monyet. Salah satu hewan yang rutin divaksin rabies ialah anjing pemburu yang banyak berada di daerah pegunungan Kabupaten Pekalongan.

Baca juga:Awas Rabies, Lakukan 5 Langkah Ini Jika Digigit Anjing

"Secara umum di Jawa Tengah sampai saat ini adalah daerah bebas rabies. Statusnya masih bebas rabies dengan perlakuan, dengan vaksinasi. Kabupaten Pekalongan termasuk di dalamnya. Yang lagi marak di NTT," terang Kabid Peternakan, DKPP Kabupaten Pekalongan drh Arif Rahman, Rabu (21/6/2023).

Meski bebas rabies, namun langkah antisipatif tetap dilakukan. Tiap tahun, biasanya bertepatan dengan peringatan Hari Rabies Sedunia tiap tanggal 28 September, vaksinasi rabies dilakukan. 

"Itu tetap setiap tahun ada program vaksinasi menyisir anjing-anjing untuk berburu. Tiap tahun memang. Untuk anjing liar agak susah. Anjing liar kalau terinfeksi ya kita tembak," kata dia.

Disebutkan, ciri mencolok anjing terinfeksi rabies adalah agresif, air liur berlebihan, fotophobia atau takut pada sinar, takut air, dan mengurung diri di kegelapan. "Jika ada ciri-ciri hewan yang terinfeksi dan hewan ini menggigit, maka hewan harus ditangkap untuk diobservasi. Kalau selama 14 hari. Biasanya kalau positif hewan ini akan mati," ungkap dia.

Bagi masyarakat yang tergigit, lanjut dia, harus segera diperiksakan ke dokter. "Petugas yang berisiko ya kita petugas yang di lapangan sama yang di lab, karena muncratannya liur itu kalau kena mukrosa atau selaput lendir kita yang kecipratan air liur hewan yang terinfeksi bisa ketularan itu," imbuhnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: