Pentingnya 1.000 HPK, Dinsos-P2KB Gelar Intenalisasi Pengasuhan Balita
SAMBUTAN - Kepala Dinsos-P2KB Kota Pekalongan, Yos Rosidi dalam acara intenalisasi pengasuhan balita bagi ibu bawah dua tahun (baduta) dan kader Bina Keluarga Balita (BKB) se-kota Pekalongan di Hotel Howard Johnson.-Abdurrahman-
KOTA - Penurunan stunting di kota Pekalongan tahun 2023 ditargetkan mencapai 14,88 persen, guna mempercepat capaian tersebut, Pemerintah setempat melalui Dinsos-P2KB menyelenggarakan intenalisasi pengasuhan balita bagi ibu bawah dua tahun (baduta) dan kader Bina Keluarga Balita (BKB) se-kota Pekalongan di Hotel Howard Johnson, Selasa (1/8/2023).
Kepala Dinsos-P2KB Kota Pekalongan, Yos Rosidi menyampaikan bahwa pencegahan stunting hanya bisa dilakukan 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), maka sangat penting sekali memanfaatkan masa tersebut.
"1.000 HPK ini terhitung 270 hari saat kehamilan dan sisanya setelah melahirkan. Dari mulai calon pengantin atau remaja harus disiapkan supaya tidak melahirkan anak berpotensi stunting, dilanjutkan sebelum menikah harus dicek seperti HB, lingkar lengan dan lainnya, terus saat hamil harus diawasi dan rutin diperiksa kemudian dilanjutkan saat anak terlahir," ucapnya.
Dikatakan Yos, jika seorang anak terindikasi stunting maka hal itu hanya bisa diintervensi sebelum usianya 2 tahun, harus dilakukan treatment tertentu, sehingga orang tuanya harus diberikan bekal pengasuhan, pengetahuan tentang gizi, perkembangan sesuai usia anak.
“Kali ini kita hadirkan narasumber dari Persatuan Ahli Gizi Indonesia atau Persagi Kota Pekalongan dan psikolog supaya kader BKB bisa memberikan pendampingan dan pengisian Kartu Kembang Anak kepada ibu baduta yang stunting dan ibunya sudah semakin memahami tindakan apa yang harus diambil ketika anaknya berisiko stunting,” tandasnya.
Yos menuturkan bahwa kader BKB sudah tersebar di 27 kelurahan Kota Pekalongan, setiap satu bulan sekali kegiatan BKB dijalankan secara rutin.
"Alhamdulillah BKB diintegrasikan dengan PAUD dan posyandu, kita sebut dengan BKB Holistik Integratif Unggul atau BKB HIU. Dimana tugasnya ditambah untuk mendata anak-anak yang tidak punya akte kelahiran dan jaminan kesehatan,” sambungnya.
Lebih lanjut, kabid pengendalian penduduk dan keluarga berencana, Indria Susanti menyebutkan jumlah kader BKB yang hadir di kegiatan tersebut sebanyak 110 peserta dengan ibu badutanya. Ia menjelaskan peran Dinsos-P2KB melalui BKB memantau perkembangan kognitif sang anak berbeda Dinkes memeriksa pertumbuhannya.
“Disini kami buka pemahaman ibu baduta kalau 1000 HPK itu penting dan tidak bisa diulang kembali untuk menghindari dampak dari stunting yaitu dampak jangka pendeknya menurunkan prestasi belajar, kognitif, penyakit degeneratif sedangkan jangka panjangnya menurunkan produktivitas kerja dan kesejahteraan hidupnya,” pungkasnya. (dur)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: