Buatmu Tidak Betah di Dunia Kerja, Ini Makna Hubungan Toksik dengan Atasan dan 5 Cara Mengatasinya

Buatmu Tidak Betah di Dunia Kerja, Ini Makna Hubungan Toksik dengan Atasan dan 5 Cara Mengatasinya

Hubungan toksik dengan atasan.--freepik.com

RADARPEKALONGAN - Sering mendengar eksistensi hubungan yang beracun dalam pacarana, pernikahan, hingga keluarga. Namun, pernahkan kamu menyadari bahwa hubungan toksik dengan atasan juga sangat mungkin untuk terjadi?

Idealnya, hubungan antara bawahan dan atasan didasari dengan rasa saling menghormati, saling mendukung, dan komunikasi yang terbuka untuk menciptakan iklim kerja yang baik dan professional.

Namun adakalanya atasan memberikan perlakuan yang tidak menyenangkan kepada bawahannya. Jabatan yang dimiliki disalahgunakan untuk menekan karyawan bahkan untuk bekerja di luar porsi yang seharusnya.

Hubungan toksik dengan atasan yang demikian berpotensi untuk menciptakan ketegangan di lingkungan kerja sehingga menghambat kinerja perusahaan. Bukan tidak mungkin pula, Hubungan toksik dengan atasan dapat menjadi penyebab menurunnya kesejahteraan mental dan produktivitas karyawan.

Oleh karenanya, artikel ini akan membantumu untuk mengidentifikasi hubungan toksik dengan atasan agar kamu dapat segera mengambil langkah untuk bisa keluar dari hubungan yang tidak sehat tersebut.

Baca juga Mengatasi Hubungan Toksik dengan Anak, Praktikkan Parenting yang Harmonis

Apa Itu Hubungan Toksik dengan Atasan?

Adanya hubungan toksik dengan atasan ditandi dengan relasi yang tidak sehat antara karyawan dan atasan, baik dari segi komunikasi, pendelegasian tugas, perlakuan yang tidak menyenangkan, bahkan hingga pelecehan verbal dan fisik. 

Hubungan toksik dengan atasan dapat dikenali dengan munculnya konflik dan ketegangan yang cenderung merugikan karyawan. Contohnya, atasan memberikan tugas lembur di luar ketentuan perusahaan dan tidak menghitungnya sebagai jam kerja untuk digaji.

Komunikasi yang tidak sehat memperburuk keadaan dengan membuat karyawan tidak leluasa memberikan penolakan atas perintah tersebut.

Untuk memahami lebih jelas bagaimana praktik hubungan toksik dengan atasan, berikut merupakan contoh yang bisa kamu jadikan pedoman untuk menavigasi hubungan tidak sehat semacam ini.

- Komunikasi yang Buruk: Praktik komunikasi yang tidak efektif, ketidakjelasan perintah, serta ketidakmampuan atasan untuk mendengarkan dan memberikan umpan balik. Komunikasi yang buruk juga meliputi tertutupnya pintu komunikasi terhadap atasan untuk memberikan masukan, pernyataan keberatan, penolakan, pertanyaan untuk memastikan tugas, dan pernyataan lainnya.

- Kurangnya Keterbukaan Informasi: Atasan tidak memberikan transparansi informasi kepada bawahan, menutup akses bawahan untuk terlibat secara aktif dalam agenda perusahaan, dan minimnya penjelasan terkait pendelegasian tugas dan alasan di baliknya. Karyawan atau bawahan menjadi pihak yang hanya melaksanakan tugas tanpa tahu secara mendalam terkait tugasnya.

- Kurangnya Dukungan: Baik moril maupun materil, dukungan dalam hubungan toksik dengan atasan akan sulit ditemui. Atasan cenderung abai dengan motivasi kerja karyawan dan tidak terbuka untuk memberikan arahan dan berbagi pengalaman yang berguna bagi kinerja dan pengembangan diri karyawan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: