Kekurangan Perbekalan, Petapa di Puncak 29 Pegunungan Muria Dievakuasi

Kekurangan Perbekalan, Petapa di Puncak 29 Pegunungan Muria Dievakuasi

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Jepara berhasil mengevakuasi seorang petapa yang kodisinya lemas karena kurang perbekalan di Pengunungan Muria, di Puncak Songolikur (29) Desa Tempur, Kabupaten Jepara, Minggu.

Sejumlah tim evakuasi dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, bersama tim lainnya melakukan evakuasi seorang petapa di Puncak 29 Pegunungan Muria, Desa Tempur, Kecamatan Keling, Kabupaten Jepara, Minggu (2/6). (Foto : Akhmad Nazaruddin Lathif/antarajatang)

Menurut Kepala Pelaksana Harian BBPBD Jepara Arwin Noor Isdiyanto evakuasi terhadap seorang warga yang bertahan hidup di pegunungan bernama Nur Hasan (35) asal Dukuh Jrakahsari, Desa Srikandang, Kecamatan Bangsri, Kabupaten Jepara, berawal dari informasi warga pada Sabtu (1/6) pukul 15.00 WIB.

Disebutkan, kata dia, ada seorang warga yang sedang menjalani tirakat untuk tinggal selama 40 hari di Pengunungan Muria, di Puncak 29 Desa Tempur, Kecamatan Keling, dalam kondisi lemas karena kurangnya bahan perbekalan dan logistik untuk kebutuhan sehari-hari.

Warga tersebut, diketahui berada di Puncak Songolikur sejak tiga pekan yang lalu.

Sejumlah warga sekitar, katanya, sudah berupaya membujuk untuk diajak turun, namun selalu menolak dan bersikeras untuk menyelesaikan tirakatnya tersebut.

"Terakhir kondisi warga tersebut diketahui oleh seorang pendaki dan relawan dari Kota Semarang yang melihat kondisinya lunglai dan kesehatan semakin menurun. Kemudian meminta bantuan BPBD Jepara dan relawan gabungan untuk melakukan upaya evakuasi," ujarnya, seperti diberitakan antarajateng.

Sekitar pukul 16.00 WIB, Satgas Tim Reaksi Cepat dan BPBD Jepara bersama relawan gabungan melakukan pergerakan ke Desa Tempur sebagai posko lapangan.

Pada pukul 19.45 WIB, regu pertama mulai bergerak ke Puncak 29 dan pukul 21.00 WIB menemukan warga tersebut yang dalam kondisi lemas.

"Setelah dibangunkan, diberi makanan agar kondisinya membaik dan diminta keterangan tentang identitas dan keluarga serta melakukan upaya agar bersedia untuk turun gunung," ujarnya.

Pada pukul 22.30 WIB, regu kedua bersama tenaga medis menuju puncak dan bergabung dengan regu pertama, selanjutnya melakukan upaya evakuasi menuju posko lapangan di Balai Desa Tempur.

Selanjutnya pukul 00.35 WIB, seluruh regu evakuasi dan pertapa tersebut sampai di posko lapangan, kemudian dilakukan pengecekan kondisi kesehatannya oleh dokter dari Puskesmas Keling 1.

Minggu (2/6) pukul 01.50 WIB, petapa itu dipertemukan dengan ibu kandung dan keluarganya yang dibawa oleh tim untuk menunggu di Puskesmas Keling 1.

"Hasil observasi tim medis, warga tersebut seharusnya menjalani rawat inap, namun menolak sehingga dikembalikan kepada keluarganya," ujarnya.

Ia optimistis keberadaan petugas yang biasanya menjadi pintu masuk ke lokasi Puncak 29, bisa mendeteksi hal-hal yang berisiko sehingga informasinya bisa segera disampaikan kepada BPBD.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: