Kemarau, Petani Jamur Merugi

Kemarau, Petani Jamur Merugi

*Panen Menyusut 50 Persen

CEK - Salah satu petani jamur, Furqon saat mengecek hasil tanam jamur tiramnya, Kamis (12/9).

BATANG - Kemarau panjang tahun ini mulai dirasakan dampaknya oleh petani di sejumlah wilayah di Kabupaten Batang. Tak hanya areal padi yang terdampak, tanaman jamur pun tak luput dari dampak kemarau kering, sehingga petani pun merugi.

Salah satunya adalah budidaya jamur tiram di Desa Wates, Kecamatan Wonotunggal, produksi panennya susut akibat kemarau panjang. Salah satu petani jamur setempat, M Furqon, menyebut hasil panennya mengalami penurunan hingga 50 persen dari musim panen normal.

Menurut petani milenial itu, kemarau kering menyebabkan suhu meningkat tajam. Akibatnya, pertumbuhan jamur menjadi terganggu. "Kondisi panasnya suhu menyebabkan jamur tiram tidak tumbuh normal, sehingga jamur tumbuh kerdil dan bahkan sebagian mati karena suhu yang panas," jelasnya.

Dikatakannya, jika suhu normal produksi jamur miliknya bisa menghasilkan 20 kilogram sampai 25 kilogram dalam sehari. "Cukup drastis turunnya sampai 50 persen, di musim kemarau ini paling hanya 10 kilogram. Biasanya jika tidak kemarau hasilnya bisa mencapai 20 kilogram, bahkan terkadang lebih," ujarnya.

Furqon menjelaskan, di musim kemarau ia harus berjuang ekstra dari segi perawatannya di banding musim hujan. Pasalnya, di musim ini tanaman jamurnya perlu disiram dua kali dalam sehari agar tidak kekurangan air. "Jamur-jamur ini selalu disiram sehari 2 kali biar hasilnya bagus, kalau musim hujan jamur lebih cepat tumbuh karna suhunya mendukung," pungkasnya.

Furqon biasanya memasarkan jamurnya di beberapa pasar dan penjual di sekitar Wonotunggal, Warungasem, dan juga Batang. Namun karena kemarau, omsetnya pun turun. "Padahal, kemarau tahun ini menurut info BMKG lebih panjang dan lebih kering. Ya mudah-mudahan tidak terlalu parah, supaya kami tak bertambah merugi," pungkasnya. (nov)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: