FIM Gelar Kopdar dengan Mahasiswa Yogya, Bahas Strategi Kawal Agenda Rakyat dan Pilpres 2024 Sekali Putaran

FIM Gelar Kopdar dengan Mahasiswa Yogya, Bahas Strategi Kawal Agenda Rakyat dan Pilpres 2024 Sekali Putaran

FIM bersama ratusan mahasiswa dari berbagai Universitas di Yogyakarta ini membawa tema ‘Kawal Agenda Rakyat: Pilpres 2024 Sekali Putaran untuk Indonesia Maju’.-istimewa -

Sementara itu, Koordinator Daerah FIM Provinsi Yogyakarta Eling Wening Pangestu mengatakan, sedikitnya ada 6 perwakilan Universitas se-Yogyakarta yang hadir pada Kopdar FIM ini, yakni dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Universitas Islam Negeri (UIN) Yogyakarta, Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Yogyakarta, Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Yogyakarta dan Universitas Teknologi Yogyakarta (UTY).

“Semua temen-temen mahasiswa dan aktivis di Jogja itu yang hadir sekitar 250 orang. Di tengah hujan dan lagi libur gitu tapi alhamdulillah semangat mahasiswa-mahasiswa Jogja masih bergelora,” kata Eling.

Dikatakan Eling, mahasiswa se-Yogyakarta tergerak hatinya untuk sama mengawal agenda rakyat demi keberlanjutan pembangunan yang sudah berhasil dibangun pondasinya oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Selain itu para mahasiswa itu, tambah Eling, masih peduli terhadap demokrasi di Indonesia demi Indonesia maju melalui Pilpres 2024. Bahkan, Eling memastikan pihaknya akan terus mengkonsolidasi gerakan Pilpres 2024 sekali putaran ini kepada mahasiswa lainnya. 

“Kita emang mau mengkonsolidasikan yang menjadi semangat teman-teman dan ide-ide dari teman-teman Jogja yang memang organik gitu, jadi kita bisa melihat bahwa teman-teman di sini peduli dan mau bersama-sama merayakan demokrasi ini, menyuarakan dari tiap-tiap kampus,” ujarnya.

Untuk itu, gerakan Pilpres 2024 sekali putaran menjadi hal wajib yang harus diperjuangkan oleh mahasiswa demi terhindarnya polarisasi dari orang-orang tak bertanggung jawab.

Apalagi, kata Eling, Pilpres 2014 dan 2019 menjadi contoh bagi masyarakat Indonesia bahwa pertarungan head to head di pilpres sangat riskan dan berpotensi memecahkan kerukunan antar masyarakat. 

Lanjut Eling, potensi polarisasi ekstrem bukan lagi mitos tetapi benar-benar sangat jelas dan nyata dalam kehidupan masyarakat. Bahkan dalam beberapa kasus dampaknya sudah sampai ke wilayah paling privat, yakni rumah tangga, bisa terjadi perpecahan yang berakhir perceraian. 

"Nah dari kita sendiri sebenarnya itu suatu hal yang traumatis, karena memang benar-benar membekas. Makanya kalau saya sih menganggap yang namanya Pilpres sekali putaran itu sebenarnya menguntungkan bagi masyarakat, karena memang poinnya di sana kita mau yang pilpres yang damai, dan bisa memilih pemimpin yang tepat untuk Indonesia dan juga bisa berdampak positif untuk masyarakatnya,” jelasnya.

“Kalau dilihat misalnya kita dua putaran gitu, kan costnya terlalu besar, dan itu bisa dialokasikan untuk mencegah masyarakat dari stunting atau apa yang memang menjadi hal-hal urgent untuk masyarakat,” pungkasnya. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: