Tekan Dampak Rokok, RS QIM Gelar Terapi Massal

Tekan Dampak Rokok, RS QIM Gelar Terapi Massal

PRAKTEK - RS QIM membuka praktek terapi berhenti merokok. Giat itu diikuti dari berbagai daerah.

BATANG - Menurut WHO (2002), Indonesia menempati urutan kelima di dunia dalam hal konsumsi rokok. Lebih dari 40,3 juta anak Indonesia berusia 0-14 tahun terpapar asap rokok di lingkungannya. Padahal, di tahun 2030 nanti, jumlah kematian akibat merokok di negara berkembang diprediksi mencapai 10 juta pertahunnya.

Untuk mengurangi dampak kesehatan akibat rokok, Rumah Sakit QIM, Rabu (11/9) kemarin, menyelenggarakan bakti sosial berhenti merokok dalam rangka pembukaan Klinik Berhenti Merokok, dengan teknik Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT).

Direktur Rumah Sakit QIM, dr Ratna Ismoyowati MARS menjelaskan, teknik SEFT merupakan variasi dari teknik akupunktur, dan merupakan kombinasi dari 15 teknik terapi seperti NLP, psikoanalisa, logoterapi, sugesti dan afirmasi, visualisasi kreatif, loving-kindness therapy, powerful prayer, psikologi energi, dan lain-lain.

"Teknik SEFT ini terbukti secara ilmiah dalam jurnal-jurnal kedokteran. Teknik ini dapat secara cepat dan efektif memperbaiki beberapa masalah fisik maupun emosi, termasuk fobia, insomnia, dan kecanduan akibat rokok," terangnya.

Acara terapi massal dilakukan di halaman parkir RS QIM dan diikuti 50 peserta dari Batang, Pekalongan, dan bahkan ada peserta dari kota lain seperti Wonosobo.

"Adapun para terapis meliputi, Terapis SEFT dr Maftuhah Nurbeti MPH yang merupakan Manajer Pelayanan Rumah Sakit QIM serta Tim Terapis SMK Muhammadiyah Pekalongan yang dipimpin langsung oleh Kepala Sekolah Ibu Lies Triyati Noer," ujarnya.

Tim SMK Muhammadiyah Pekalongan, kata dia, juga telah beberapa kali mengadakan bakti sosial berhenti merokok, baik untuk siswa SMA maupun karyawan di Pekalongan.

"Bahkan, perlu diketahui, bahwa terapi SEFT ini pernah memecahkan rekor MURI untuk Terapi Berhenti Merokok 1.428 pelajar se Jabotabek dan Terapi Inovatif Pecandu Narkoba," katanya.

Menurutnya, merokok memang sudah terbukti membahayakan kesehatan, sehingga ia menyarankan agar dana yang digunakan untuk merokok dapat dialokasikan untuk kebutuhan kesehatan yang lainnya, termasuk membayar iuran BPJS.

"Sehingga, apabila masyarakat sakit, maka sudah terlindungi dan bisa gratis, karena BPJS menggunakan prinsip gotong royong," ucapnya.

Ia berharap, Klinik Berhenti Merokok yang dibuka di RS QIM bisa membantu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Batang dan sekitarnya.

"Untuk tarif pelayanan sebesar 100.000 (paket sampai berhasil), masih terjangkau bila dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan untuk membeli rokok dalam satu tahun," pungkasnya. (fel)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: