Terkait Pembinaan Olahraga, Guru Kritisi Dinporapar

Terkait Pembinaan Olahraga, Guru Kritisi Dinporapar

AUDIENSI - Guru olahraga yang tergabung dalam MGMP PJOK SMA melakukan audiensi dengan Dinporapar.

KAJEN - Pembinaan olahraga di Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata (Dinporapar) Kabupaten Pekalongan dikritisi insan olahraga. Selain manajemen pembinaan kurang berjalan dengan optimal, penghargaan terhadap atlet-atlet berprestasi di dinas ini dinilai masih minim.

Oleh karena itu, guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (PJOK) yang tergabung dalam Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) PJOK tingkat SMA di Kabupaten Pekalongan menghadiri pertemuan dengan perwakilan Dinporapar di salah satu rumah makan di Kota Kajen, Selasa (17/9) siang.

"Ini pertemuan insan olahraga di MGMP PJOK SMA dengan Dinporapar. Kehadiran kami di sini untuk menyamakan visi misi," ujar guru olahraga di SMAN Kandangserang, Sugiharjo, didampingi beberapa guru olahraga lainnya seperti Eko Ardiyanto dan Edi Kiswanto dari SMAN 1 Kajen.

Dikatakannya, penyelenggaraan Pekan Olahraga Daerah (Popda) paska dipegang Dinporapar menurut insan olahraga terutama yang bergabung di MGMP PJOK SMA berjalan kurang optimal setelah dipegang Dinporapar.
"Selama ini penyelenggaraan Popda menurut kami di tingkat SMA turun, bahkan penghargaan terhadap anak- anak kurang. Pengelolaan olahraga kurang baik dari segi manajemen dan pembinaannya," kata dia.

Dikatakan, saat dikelola Dindikbud, penghargaan terhadap atlet masih cukup baik. Setiap atlet peraih medali mendapatkan uang pembinaan Rp 100 ribu lebih, piagam, dan piala. "Untuk kali ini hanya Rp 76 ribu untuk perorangan. Untuk beregu dulu Rp 1,2 juta sekarang kurang dari Rp 400 ribu," terang dia.

Dikatakan, Popda saat ini memasuki tahun ketiga dikelola oleh Dinporapar. Menurutnya, untuk tahun pertama dan kedua, insan olahraga masih mentolerir, namun untuk tahun ketiga harus dikelola lebih profesional.

"Kita ingin tahu persoalannya apa, apakah anggaran yang memang tidak ada atau apa. Sebab pengelolaannya menurun dibandingkan saat dikelola Dindikbud. Bahkan, pernah atlet yang meraih medali pulang ke rumah tanpa membawa langsung piagam dan piala. Kebanggaan anak-anak kan ndak ada, sama saja seperti anak-anak lain yang tidak berprestasi. Ini seperti ajang adu keahlian antar anak saja tanpa pembinaan yang lebih baik," tukasnya.

Di beberapa daerah, pembinaan olahraga berlangsung dengan baik. Pusat-pusat pelatihan didirikan. Namun di Kabupaten Pekalongan orang tua atlet pun terkadang urunan saat anak-anak mereka mewakili Kabupaten Pekalongan di pentas yang lebih tinggi. "Jika pembinaan dan penghargaan terhadap atlet kurang ya prestasi kita tidak akan pernah membaik. Padahal SDM kita banyak dan bisa bersaing," tandas dia.
Sementara itu, Kasi Pengembangan Keolahragaan dan Bakat Prestasi Dinporapar Darsono dikonfirmasi, Rabu (18/9), menyatakan, tidak ada permasalahan dengan guru olahraga yang tergabung dalam MGMP SMA tersebut, namun diakuinya komunikasi dengan MGMP guru olahraga tingkat SMA baru kali pertama dilakukan.

"Ada beberapa hal yang kita diskusikan di antaranya tentang Popda. Kami membicarakan tentang kepanitiaan dan sebagainya. Memang untuk tingkat SMA komunikasi kami belum lancar, sehingga ada audiensi itu," terang dia.
Dalam pertemuan itu, persoalan yang ada didiskusikan, mulai dari anggaran dan lainnya. Diakuinya, pelaksanaan Popda tahun pertama kurang optimal, namun berjalan dengan lebih baik di tahun kedua. "Secara prinsip kami bertekad untuk membangun Kabupaten Pekalongan termasuk di bidang olahraga. Memang ada kendala anggaran yang kadang kurang mendukung karena minim, namun kami terus melakukan perbaikan untuk kemajuan olahraga di Kabupaten Pekalongan. Prestasi kita juga cukup banyak," tandas dia. (ap5)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: