Mengelola Puasa untuk Meraih Taqwa

Mengelola Puasa untuk Meraih Taqwa

TIDAK terasa, pelaksanaan ibadah puasa Ramadhan 1440 H/2019 hari ini telah memasuki hari ke-19. Sejauh mana kualitas capaian yang ditelah dilakukan, Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Batang, Drs H Nasikhin MH, menawarkan pendekatan manajemen untuk mengevaluasi progres puasa dalam ikhtiar mencapai tujuan puasa, yakni taqwa.

Drs H Nasikhin MH

"Evaluasi ini penting, mengingat Nabi Saw telah memberi peringatan; Bahwa betapa banyak orang yang berpuasa, tidak ada baginya (manfaat) dari puasanya kecuali lapar dan dahaga," ungkapnya mengutip hadits, kemarin.

Menurutnya, untuk mengevaluasi pelaksanaan puasa bisa menggunakan pendekatan sistem dalam ilmu managemen, yaitu suatu kegiatan dilihat dari perspektif sistem secara komprehensif yang meliputi input, proses, output, outcome, dan benefit. "Asumsinya, kalau suatu kegiatan inputnya berkualitas, prosesnya berkualitas , outputnya berkualitas , outcomenya berkualitas, maka mengahasilkan benefit atau manfaat yg baik," terangnya.

Dalam konteks aktivitas puasa, lanjut dia, inputnya meliputi persiapan memasuki Ramadhan, yakni mental (rasa senang), spiritual (doa kesehatan dan kekuatan), ilmu (memahami fiqih puasa), fisik (jaga kebugaran) dan persiapan managemen jama'ah serta niat puasa pada setiap malamnya.

Sementara prosesnya, yakni melaksanakan sahur akhir waktu, berpuasa dari terbit fajar hingga terbenam matahari dengan imanan wahtisaban meniggalkan segala yang membatalkan puasa, meninggalkan perbuatan yg merusak puasa, seperti berbohong, maksiat, indisipliner, dan lainnya. serta melaksanakan amalan amalan utama; sholat tarawih , tadarrus , hadiri majelis ilmu, perbanyak ZIS, perbanyak doa, dan iktikaf di 10 hari akhir.

Lalu Out put puasa, jelas Nasikhin, adalah lapar, dahaga, kantuk dan lelah. Output ini bila inputnya berkualitas dan prosesnya berkualitas, maka lapar dan dahaga yang dihasilkan akan membawa pelaku puasa punya sikap simpati, empati, peduli dan berbagi kepada sesama makhluk dan punya khauf (rasa takut), roja' (berharap) dan hubb (cinta ) kepada Sang Khaliq (Allah SWT). "Perasaan dan sikap itu yang merupakan benih benih yang akan tumbuh menjadi taqwa.Dengan demikian, puasa tidak otomatis berbuah taqwa, tapi hasilnya (output) lapar dan dahaga," ucapnya.

Lapar dan dahaga yang dihasilkan dari puasa yang berkualitas persiapannya dan berkualitas prosesnya akan mengantarkan pada pelaku puasa, shoimien wasshoimat, memiliki sikap simpati, empati, peduli dan berbagi serta rasa takut , harap dan cinta kepada Allah SWT. Maka puasa yg demikian inilah yg akan melakirkan taqwa.

Berdasarkan ayat 177 Surat Albaqoroh, taqwa disebut Nasikhin memiliki 5 dimensi, yakni Keimanan, dimensi peduli dan berbagi , dimensi ibadah mahdzoh , dimensi komitmen terhadap janji dan dimensi ketangguhan dalam menghadapi berbagai tantangan, hambatan dalam hidup.

"Akhirnya, evaluasi puasa sangat diperlukan agar puasa tidak hanya lapar dan dahaga, tapi mengantarkan kepada taqwa. Evaluasi tersebut meliputi komitmen untu terus memantapkan niat dan melaksanakan puasa dengan imanan wahtisaban. Tidak hanya menghindari hal yang batalkan puasa saja, tetapi juga merusak puasa serta meningkatkan amalan utama di Bulan Ramadhan," pungkasnya. (sef)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: