RADARPEKALONGAN – Hingga saat ini, pengkajian tentang pernyataan dari Khuldi artinya buah keabadian, buah pengetahuan, buah kebinatangan dan seabainya masih berlangsung di kalangan umat Islam.
Pengkajian kisah dari buah yang menyebabkan dua manusia pertama diturunkan ke bumi ini sering kali dikaitkan dengan ilmu filsafat.
Dan ada banyak pandangan tentang keaslian arti dari buah surga ini.
Dalam artikel berikut, kita akan melihat beberapa sudut pandang yang mengkaji tentang kisah ini.
Mari simak bersama!
Memaknai Buah Khuldi Berdasarkan Filsafat
Husein Ja’far Al Hadar menjelaskan dalam bukunya, Menyegarkan Islam Kita, bahwa ada dua kecenderungan dalam memaknai/mengartikah buah khuldi.
Yang pertama memaknainya sebagai ‘buah pengetahuan’.
Hal ini beliau jelaskan karena buah khuldi menjebak manusia (Adam dan Hawa) dalam dua pilihan: makan buah itu dan menjadi makhluk yang berpengetahuan, atau tetap menikmati indahnya surga meski tidak berpengetahuan.
Yang kedua, kelompok yang memaknai buah khuldi sebagai ‘buah kebinatangan’.
Mengapa demikian? Beliau menjelaskan bahwa buah ini adalah konsekuensi dari keegoisan dan keserakahan dari hasil hawa nafsu dan hasrat.
Berdasarkan pada Murtadha Muthahhari, dalam karyanya yang berjudul Mengenal Epistemologi, asumsi mengenai buah khuldi adalah buah pengetahuan banyak berasal dari paham Kitab Taurat yang mempengaruhi banyaknya sarjana dan intelektual Barat.