RADARPEKALONGAN.DISWAY.ID - Sebagian muslim masih menggunakan perhitungan weton untuk menentukan pernikahan. Mereka memiliki keyakinan jika perhitungan weton akan memengaruhi bahtera rumah tangga pasangan ini kelak.
Perhitungan weton dalam pernikahan biasanya untuk menentukan dua hal. Pertama dalam perjodohan dan untuk menentukan hari pernikahannya.
Dalam perjodohan, weton calon pengantin pria dan wanita biasanya dihitung kecocokannya. Perhitungan weton juga digunakan untuk menentukan hari baik untuk melaksanakan pernikahan.
Sebagian dari kita mungkin mengalami kejadian seperti itu. Saat akan menikah, orangtua meminta weton calon pasangan kita. Orangtua lalu meminta orang pintar untuk menghitung weton kita dengan calon pasangan kita, apakah cocok.
Jika cocok, maka pernikahan bisa berlanjut. Selanjutnya, dari weton itu diitung hari yang pas untuk pernikahan. Hari yang diyakini bisa membawa keberuntungan untuk rumah tangga mereka kelak.
Bahkan tak sedikit kejadian ekstrem gara-gara meyakini perhitungan weton terjadi. Pernikahan gagal karena weton kedua pasangan dinilai tidak cocok. Sebab itu diyakini akan membawa kesialan.
Hukum perhitungan weton untuk pernikahan dalam pandangan Islam ini pernah ditanyakan jamaah Buya Yahya dari Papua. Dikutip dari channel Youtube Al-Bahjah TV dilihat pada Sabtu, 6 Januari 2024, jamaah itu menanyakan bagaimana hukum mempercayai hitungan weton dalam Islam dan sikap kepada orangtuanya yang masih mempercayai keyakinan weton tersebut.
"Orang tua saya ketika hendak merencanakan acaranya itu masih menganut hitungan weton kalau di Jawa itu. Berhubung saya belum tahu ilmunya, saya masih kurang sreg untuk mengikuti hitungan itu," ucap jamaah itu saat mengawali pertanyaannya.
Jamaah ini tidak mempercayai hitungan weton, namun ia pun masih kurang ilmu tentang itu. Ia takut jika meyakini weton merupakan sejenis syirik. Oleh karenanya, ia menanyakan hukum perhitungan weton dalam pandangan Islam kepada Buya Yahya.
"Bagaimana saya bersikap dan berpandangan terhadap pandangan orangtua yang masih menghendaki dan melaksanakan acara dengan hitungan weton tersebut?," tanya jamaah ini.
Buya Yahya mengatakan, menghitung hari yang diperkenankan dalam Islam adalah dalam mencari kesempatan yang sama antara keluarga dan keluarga. Sehingga di antara kedua keluarga yang akan melangsungkan pernikahan ini menemukan hari yang pas lantaran tidak ada kesibukan atau halangan lain di hari itu.
"Misalnya, di hitung hari Senin sibuk, Selasa?, oh hari Ahad. Itu boleh kalau begitu. Menghitung hari seperti ini. Hari Ahad sama-sama libur ya ndak ada kerja, ndak ada ke kantor ya, itu boleh," kata Buya Yahya.
Baca juga:Agar Rezeki Mudah Setelah Menikah, Pesan Gus Baha: Jauhi Hal Ini