KAJEN, RADARPEKALONGAN.CO.ID - Banjir rob dan land subsidence di kawasan pesisir Kabupaten Pekalongan terutama di Kecamatan Wonokerto dan Tirto masih menjadi ancaman bagi masyarakat pesisir Pekalongan.
Meskipun tahun 2020 sudah dibangun tanggul dengan panjang kurang lebih 6 km, tetapi menyisakan permasalahan baru. Yaitu terendamnya kawasan pesisir di wilayah utara tanggul. Sedang di Kecamatan Tirto sampai saat ini masih bergelut dengan banjir rob.
Salah satu faktor yang memperparah banjir rob di Kabupaten Pekalongan adalah terdegradasinya ekosistem mangrove, sebagai salah satu benteng terakhir untuk mempertahankan pantai.
Ekosistem mangrove memiliki berbagai fungsi penting, baik secara ekologis, ekonomi, maupun sosial. Bebebapa contoh fungsi ekologis ekositem mangrove ini diantaranya untuk melindungi pantai dari abrasi dan erosi dan mencegah intrusi air laut.
Mangrove juga menyerap karbon dioksida dalam jumlah besar, membantu mengurangi dampak perubahan iklim, menyediakan tempat tinggal, tempat bertelur, dan tempat tumbuh bagi berbagai spesies, seperti ikan, udang, kepiting, burung, dan hewan lainnya dan menyaring polutan.
Secara ekonomi, ekosistem mangrove berfungsi mendukung perikanan, seperti penangkapan ikan, udang, dan kepiting. Hasil perikanan ini menjadi sumber penghidupan bagi masyarakat lokal.
Mangrove dapat dimanfaatkan untuk produksi arang, bahan baku obat-obatan tradisional, dan kerajinan tangan.
Hutan mangrove pun bisa menjadi daya tarik wisata yang dapat meningkatkan pendapatan masyarakat melalui pariwisata berbasis alam.
Keberadaan ekosistem mangrove sangat penting untuk keseimbangan alam, kesejahteraan masyarakat, dan keberlanjutan lingkungan pesisir. Upaya konservasi dan rehabilitasi mangrove sangat diperlukan untuk menjaga fungsinya.
Baca lagi:Rob di Pesisir Barat Pekalongan Kian Parah, Tiap Sore Hari Desa Blacanan Terendam Rob
Dalam rangka meningkatkan kepedulian masyarakat pesisir di Kabupaten Pekalongan, khususnya di Wonokerto, kelompok pemuda Wonokerto yang tergabung dengan Komunitas Peduli Wonokerto (KPW) bekerja sama dengan Yayasan Kehati melakukan penanaman mangrove di Desa Semut, Kecamatan Wonokerto.
Luas mangrove yang ditanam kurang lebih 1 hektare, dengan jumlah bibit lebih kurang 10.000 bibit dengan berbagai jenis mangrove.
Sekitar 150 orang terlibat dalam kegiatan penanaman mangrove ini. Mereka berasal dari berbagai kalangan, yaitu pelajar, Dinas Perikanan dan Kelautan, Dinas Pertanian, kelompok masyarakat, aparatur desa, pemuda, Puskemas, Tagana dan TNI AL.
Taufik, salah satu pendamping dari Kehati, Jumat, 22 November 2024, mengatakan, dana hibah yang diberikan kepada pemuda Wonokerto (KPW) tidak seberapa besar. Namun, tujuan utamanya adalah bagaimana meningkatkan kepedulian masyarakat pesisir untuk menjaga dan memelihara ekosistem mangrove agar tetap lestari.