RSUD Gembok Pintu Gerbang, Tolak Pasien Covid-19

RSUD Gembok Pintu Gerbang, Tolak Pasien Covid-19

Pasien Covid-19 yang kritis, Wahyu Syafiatin alias Titin 32 tahun meninggal di ruang isolasi rumah sakit swasta. Sebelum menghembuskan nafas terahir, ibu dua anak itu sempat ditolak lima rumah sakit di Mojokerto.

Lima rumah sakit itu yakni RS Dian Husada, RSI Sakinah, RS Kartini, RS Mawaddah Medika, serta RSUD Prof dr Soekandar Mojosari.

Kelima rumah sakit ini, tiga diantaranya merupakan rujukan pasien Covid-19. Yakni, RSI Sakinah tempat pasien meninggal di ruangan isolasi meski sebelumnya sempat menolak karena IGD penuh.

RS Mawaddah Medika menolak karena stok oksigen menipis. Sedangkan RSUD Prof dr Soekandar milik Pemkab Mojokerto ini menolak karena keterbatasan tenaga kesehatan. Bahkan rumah sakit plat merah ini menggembok pintu portal masuk ke ruang IGD.

Menanggapi hal tersebut, Kepala Bidang Pelayanan Medis (Kabid Yanmed) RSUD Prof dr Soekandar dr Masula mengungkapkan, akibat banyaknya tenaga kesehatan yang terpapar Covid-19 dan stok oksigen yang sangat menipis membuat pihaknya harus menutup pintu masuk ke IGD rumah sakit. Menurut dia, dari sekitar 500 orang tenaga kesehatan termasuk staff, 74 diantaranya terpapar Covid-19.

Akibat berkurangnya nakes di rumah sakit milik Pemkab Mojokerto itu, pihaknya mengevaluasi jam kerja tenaga nakes yang tersisa dengan merapkan sistem sif. Setiap sif hanya dijaga dua orang tenaga kesehatan.

"Tidak tutup sepenuhnya, kita lakukan buka tutup. Kita menyesuaikan dengan kemampuan rumah sakit, sejak banyak nakes yang terkofirmasi kami hanya melayani 3 pasien di IGD. Banyak dokter dan perawat kita yang di IGD maupun di rawat inap terpapar Covid-19," kata Masula kepada wartawan, Minggu 25 Juli 2021.

Kemudian lanjut Masula, selain kekurangan nakes, pasokan oksigen juga menipis. Hal itu membuat rumah sakit plat merah itu tidak bisa menerima pasien sehingga harus menutup pintu portal masuk IGD rumah sakit.

"Belum lagi oksigen itu dibutuhkan tidak hanya di IGD, yang dirawat inap juga membutuhkan. Kalau kita masukan pasien terus oksigen tidak akan mencukupi," ujarnya, seperti dilansir ngopibareng.id.

Meski begitu, ia tidak mengelak jika menolak pasien asal Desa Warugunung Kecamatan Pacet, Mojokerto pada Kamis 22 Juli 2021 pagi.

Menurut Masula, memang saat itu pihaknya membatasi hanya 3 pasien saja karena tenaga kesehatan yang kurang, meskipun BED di IGD dan di tenda darurat yang ada di depan IGD masih ada.

"Saya tanyakan kemarin di IGD full pasien tidak bisa masuk, kalaupun dimasukan juga tidak bisa tertangani dengan baik," ujarnya.

Masula menambahkan, salah satu cara untuk menghidari agar masyarakat tidak menerobos masuk pihaknya terpaksa menutup portal masuk IGD untuk menghindari cek cok antara tenaga kesehatan dan masyarakat. Pintu portal masuk ke ruang IGD itu ditutup sejak sekitar sepekan yang lalu.

"Kalau kita buka masyarakat akan menerobos, kalau dikasih pengertian tidak semua bisa menerima. Akhirnya bentrok dengan nakes, tapi kalau pas ada yang berkurang kita buka," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: