Saelany Machfudz, Wali Kota yang Mempelopori Pemakaian Sarung Batik

Saelany Machfudz, Wali Kota yang Mempelopori Pemakaian Sarung Batik

KOTA -Batik memang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat Pekalongan. Mulai lahir kita dibalut dengan kain batik, sunatan pakai batik, pernikahan memakai batik, mau sholat pakai baju batik dan sarung batik, hingga matipun kita tetap memakai batik untuk menutup tubuh kita ketika disemanyamkan. Begitu melekatnya maha karya leluhur kita. Sehingga lembaga dunia, UNESCO telah mengakui bila batik menjadi warisan budaya bangsa Indonesia.

Berbicara sarung batik Pekalongan. Dulu penggunaan sarung batik sempat berjaya. Namun dalam perkembangannya hanya stagnan, atau tidak mengalami peningkatan. Namun sekarang, di masa Wali Kota HM Saelany Machfudz SE, menggunakan sarung batik sudah menjadi kebiasaan setelah dilaunching pada hari ulang tahun (HUT) ke-112 Kota Pekalongan.

Bahkan ASN pun memakai sarung batik dalam menjalankan pekerjaanya di lingkungan Pemkot Pekalongan. Masyarakatpun ikutan memakai sarung batik untuk aktivitas ibadah maupun keseharian.
Atas kebijakan kreatif itu, Wali Kota dianugerahi Anugerah Jawa Pos Radar Semarang 2019 atas inovasinya dalam melestarikan sarung batik. Jajaran manajemen Jawa Pos Radar Semarang memberikan penghargaan untuk kategori Service Innovation and Promoting the Sarong Tradition (Inovasi pelayanan dan mempromosikan tradisi sarung.

Mendapatkan penghargaan itu, pastinya membuat masyarakat Kota Pekalongan, keluarga besar Pemkot Pekalongan, lebih spesifik pribadi Wali Kota menjadi senang dan bersyukur. Sebab gagasan dan idenya mendapatkan apresiasi. Dengan begitu, keberadaan sarung batik semakin dikenal masyarakat luas.

Bahkan daerah tetangga, Pemkab Pekalongan ikut menirunya dengan memerintahkan seluruh jajaran ASN Pemkab Pekalongan untuk memakai sarung batik. Wali Kota menyambut gembira kebijakan Bupati Asip Kholibihi SH MSi. Mengingat masyarakat Kota Pekalongan dan Kabupaten Pekalongan memiliki persamaaan dalam sumber mata pencaharian, yakni sebagai pengrajin batik. Bahkan ada tali kekerabatannya, sehingga saling menguatkan.

Saelany menggagas pemakaian sarung batik sejak 2018 lalu. Dalam perjalanannya, ia menyeriusi betul karena berdampak luar biasa untuk perekonomian Kota Pekalongan. Memang manfaatnya sangat terasa sekali bagi masyarakat Kota Pekalongan dan masyarakat tetangga, karena mereka kebanjiran pesanan sarung batik.

Tidak hanya pengrajin batik yang menuai berkah atas dilaunchingnya sarung batik. Toko-toko yang menjual obat pewarna batik, lilin atau malam dan kain mori juga mengalami peningkatan penjualan. Otomatis menumbuhkan perekonomian masyarakat secara luas, sehingga terwujudnya kesejahteraan masyarakat.

Dampaknya sekarang, kreativitas pengrajin sarung batik telah bergairah. Hasilnya ekonomi pengrajin sarung batik bisa sejahteran karena pengrajin mampu menciptakan produk yang berkualitas.

Lebih dari itu, dengan dilaunchingnya sarung batik telah menumbuhkan wirausahawan baru. Kini, banyak anak muda Kota Pekalongan yang cenderung memilih sebagai pengusaha batik. Buktinya dominasi anak muda yang menjadi reseller di pusat belanja batik online di Buaran, Setono dan di Djunaid.

Sejak peluncuran Sarung Batik sebagai identitas Kota Pekalongan, makin mengukuhkan predikat Kota Kreatif Dunia yang diberikan oleh Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan atau UNESCO.

Wali Kota menyampaikan bahwa sejak dilaunchingnya sarung batik pada momentum HUT ke-112 Kota Pekalongan Tahun 2018 menunjukkan perkembangan yang luar biasa dimana pamor sarung batik dapat kembali menggeliat di Kota Pekalongan.

Menurut Saelany, sarung batik juga sebagai bagian dari upaya Pemkot Pekalongan untuk mempertahankan predikat Kota Kreatif dari yang diberikan oleh UNESCO yang disandang Kota Pekalongan.

Saelany juga menambahkan, dengan keberhasilan membangkitkan kembali budaya memakai sarung batik di lingkungan Pemkot Pekalongan, pihaknya juga akan meminta kepada instansi vertikal, BUMN, BUMD dan juga perusahaan swasta agar mengikuti penggunaan sarung batik sebagai salah satu seragam untuk melayani masyarakat. "Sarung batik ini tidak hanya dipakai oleh para santri,tetapi siapapun masyarakat umum bisa pakai, sudah kita terapkan pemakaian sarung batik pada ASN Pemkot, kami juga akan meminta instansi vertikal, perbankan,BUMN,BUMD dan instansi swasta menerapkan hal serupa," ucapnya.

Sementara itu, Husain Ali Halim, salah satu pengrajin sarung batik menyampaikan, permintaan sarung batik mengalami peningkatan sejak dilaunchingnya sarung batik oleh Walikota Pekalongan. "Kebanyakan datang dari daerah Kudus dan kota/kabupaten di Jawa Timur," ucapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: