Awas, Jangan Overdosis Indoktrinasi

Awas, Jangan Overdosis Indoktrinasi

BATANG - Di sela-sela kunjunganya di Batang, Senin (29/7) lalu, Profesor Dr Sumato Al-Qurtuby Phd mengajak masyarakat untuk tidak Overdosis Indoktrinasi. Lelaki yang sempat berkuliah di Amerika Serikat ini menjelaskan, bahwa Overdosis Indoktrinasi inilah yang menjadi sebab kekacauan umat Islam di Indonesia saat ini. Dimana beberapa kelompok tidak bisa membedakan tradisi. Kegagalan membedakan antara kedua hal ini bisa membuat overlap dan mencampur adukkan kedua hal tersebut.

SAMPAIKAN - Profesor Salman Al-Qurtuby saat menyampaikan materi dalam seminar nasional yang digelar di Batang, Senin (29/7). NOVIA ROCHMAWATI

"Berislam itu wajar saja. Asal jangan overdosis dan yang paling penting umat Islam harus belajar yang mana doktrin ajaran agama dan mana tradisi budaya. Kebanyak problem dimana yang tradisi budaya dianggap sebagai ajaran, normatif agama.. Sehingga sering terjadi kekacauan di sana sini," terang Sumanto saat mengisi Seminar Nasional yang digelar LTNU Batang dan Nusantara Institute, di Aula Kantor Bupati Batang, Senin (29/7).

Dalam seminar bertajuk Pengaruh Arab Saudi dan Dinamika Internasional terhadap perkembangan Islam di Indonesia Sumanto menjelaskan banyak umat islam yang gagal membedakan hal tersebut. Banyak diantara Umat islam dalam belum mampu membedakan Islam sebagai ajaran normatif, dengan Islam sebagai produk politik, dan Islam sebagai produk kebudayaan.

"Umat Islam Indonesia itu belum bisa membedakan yang begini-begini. akibatnya sesuatu yang menjadi kebudayaan timur tengah dianggap sebagai doktrin ajaran fundamental. Apalagi sampai dianggap sebagai akidah. Sehingga memunculkan problem di sana sini," terang Dosen King Fahd University of Petroleum and Minerals Dhahran Saudi Arabia ini.

Menurutnya, jika ingin mendalami agama Islam maka yang diambil hanya ajarannya saja. Karena budaya dan tradisi di setiap negara dan wilayah itu berbeda. Jika tradisi tersebut sudah dianggap ajaran, maka akan terjadi benturan dan kekacauan. Karena tradisi yang ada di Indonesia dianggap sebagai hal yang bid'ah, ataupun hal yang bertentangan dengan ajaran Islam.

"Sebenarnya kalau mau mengambil Islam ya ajarannya saja, jangan ambil budaya dan tradisinya. Sehingga terjadi benturan di sana-sini dan tidak pas. Akhirnya yang terjadi mengkafirkan, memusyrikkan dan membid'ahkan. Masak wayang dipersoalkan, seni-seni tari dipersoalkan. Itu karena mereka tidak bisa mengklasifikasikan mana yang tradisi budaya dan mana yang ajaran normatif agama," imbuh Sumanto.

Ia berharap umat Islam Indonesia dapat mengambil spirit ajaran beragamanya menjadi muslim, muslim yang Indonesia. Hal ini juga ia harapkan dapat diterapkan untuk umat bergama lainnya di Indonesia. Jangan sampai umat beragama mengabaikan tradisi Indonesia.

"Kritik saya ini tidak hanya untuk yang muslim saja, tetapi non muslim juga Jangan mengabaikan tradisi Indonesia, jangan anti budaya Indonesia. Kalau jadi kristen, ya kristen Indonesia, Hindu Indonesia, Budha Indonesia. Silahkan menjadi muslim, hindu, budha, konfusius, ataupun kristen. Asalkan tetap menghargai tradisi kebudayaan yang sudah menjadi warisan leluhur bangsa," pesannya. (Nov)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: