Dukung Ketahanan Pangan saat Covid-19, Petani Muda Batang Ajak Masyarakat Bercocok Tanam

Dukung Ketahanan Pangan saat Covid-19, Petani Muda Batang Ajak Masyarakat Bercocok Tanam

TANAM - Petani Muda dari Desa Ketanggan Gringsing Produktif saat pandemi Covid-19 dengan menanam aneka buah dan sayur. NOVIA ROCHMAWATI

BATANG - Sektor pertanian nampaknya belum banyak dilirik generasi muda masa kini, tak terkecuali di Batang. Meski begitu petani muda asal Desa Ketanggan Kecamatan Gringsing yang tergabung dalam Muda Tani Berkarya (MTB), terus berinovasi dan mengajak masyarakat untuk gemar bercocok taman. Khususnya di tengah pandemi Covid-19.

Salah satu inovasi yang dilakukan dengan mengubah lahan kurang produktif desa menjadi lahan perkebunan. Diwawancarai di sela kegiatannya, Senin (27/4/2020), Ketua MTB Zaenal Abidin menjelaskan, saat ini pihaknya tengah mengembangkan pepaya California atau lebih dikenal dengan pepaya Calina yang di tumpang sari dengan terong, lombok, timun, kacang tanah dan lainnya.

"Kami harap langkah ini dapat mengangkat perekonomian kalangan pemuda di Desa Ketanggan dan menjadi daya tarik masyarak tani pada khususnya. Karena kita sudah bisa panen terus menerus dan tidak lama lagi pepaya sebanyak 4500 pohon akan panen sampai musim hujan yang akan datang dan sistem ini dibuat oleh semua pemuda yang mau maju bersama dalam pertanian," jelasnya

Ditambahkan, dengan melihat letak dan potensi dari daerah tersebut, menurutnya ada beberapa keuntungan lain. Salah satunya bisa juga panen pepaya ini dibarengi dengan panen tanaman lainnya yang ikut dalam sistem tumpang sari. Tiap dua hari sekali pihaknya bisa memanen terong, cabe, timun dan tentunya panen kacang.

Dengan inovasi ini, ia berharap geliat pertanian di desa semakin dilirik kaum muda. Apalagi di tengah wabah Covid-19 ini, banyak pemuda rantau yang menjadi pengangguran sesampainya di kampung halaman. Oleh karenanya ia berharap bidang pertanian ini bisa menjadi lapangan kerja baru bagi para pemuda. Sehingga diharapkan bisa berlangsung lama, agar meminimalisir angka urbanisasi di Desa Ketanggan.

"Kami prihatin dengan sahabat-sahabat muda yang enggan bertani padahal hampir semua orang tuanya bertani. Apalagi ketika ada Covid 19 ini hampir semua pemuda yang merantau mudik ke desa karena adanya pengurangan tenaga kerja atau karena PSBB. Makanya kami harapkan para pemuda ini bisa bergabung, dan bisa menjadi petani milenial yang inovatif. Yang tidak hanya mengandalkan sistem tadah hujan satu tahun hanya bisa tanam dua kali," imbuhnya.

Zaenal menambahkan, hasil dari panen kelompok ini digunakan untuk mengatasi keseimbangan pangan. Tentunya ini juga menjadi salah satu upaya agar bisa bertahan dan membatu perekonomian masyarakat di tengah wabah Covid-19.

"Harapan kami adalah mari para sahabat-sahabat muda, sebagai generasi penerus, kita gali potensi-potensi di daerah kita. Salah satunya dengan bertani di daerah masing-masing. Dengan kemajuan zaman dan teknologi tingkatkanlah derajat dan martabat petani melalui petani muda milenieal. Sudah saatnya Anak Muda Bangga menjadi petani. Kami yakin Petani mampu menjadi garda pangan terdepan," harapnya. (Nov)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: