Guru SMKN 1 Sragi Ciptakan Kompor Sampah Injeksi

Guru SMKN 1 Sragi Ciptakan Kompor Sampah Injeksi

*Berawal Prihatin Sampah Menumpuk

SRAGI - Prihatin dengan banyaknya tumpukan sampah, dan sampah itu belum diolah dengan baik, seorang guru teknik sepeda motor di SMKN 1 Sragi, Kabupaten Pekalongan, Agus Nurokhim (41), warga Kelurahan/Kecamatan Sragi, menciptakan kompor sampah injeksi. Ia mengolah sampah organik menjadi biogas untuk bahan bakar kompor injeksi tersebut.

KOMPOR SAMPAH INJEKSI: Agus Nurokhim (41), warga Kelurahan/Kecamatan Sragi, Kabupaten Pekalongan menunjukan cara kerja kompor sampah injeksi ciptaannya. Hadi Waluyo.

Agus ditemui wartawan baru-baru ini mengaku sudah menciptakan kompor sampah injeksi ini pada tahun 2018. Ide awalnya, ia mengaku prihatin melihat sampah-sampah yang menumpuk di pinggir jalan raya.

Selain itu, volume sampah yang dibuang setiap harinya kian bertambah, dan hanya dibuang ke TPA. Sampah itu dibuang saja tanpa diolah secara tepat, sehingga rawan mengakibatkan pencemaran lingkungan dan sumber penyakit.

"Sampah organik sebenarnya bisa dimafaatkan menjadi bahan bakar alternatif, pupuk organik, dan pakan ternak. Untuk itu saya ada ide untuk membuat kompor sampah injeksi ini," terang dia.

Diterangkan, pembuatan biogas memanfaatkan kotoran organik, baik itu kotoran hewan, sampah sayuran, dan tumbuhan dengan memanfaatkan bakteri yang terdapat dalam kotoran tersebut untuk proses fermentasi yang menghasilkan semacam gas.

"Biogas yang dihasilkan bergantung dari jumlah sampah yang diolah. Semakin banyak sampah, kita mendapatkan energi alternatif juga melimpah," ujarnya.
Diterangkan, untuk membuat biogas diperlukan adanya diegester. Diegester adalah alat yang digunakan untuk menghasilkan biogas dengan proses fermentasi sampah organik secara anaerob atau kedap udara.

Ia pun menerangkan lebih rinci proses itu. Yakni, pertama memasukan kotoran hewan dicampur air dengan perbandingan 1:1, dan setiap hari memasukan sampah organik atau sampah sisa dapur. Menurutnya, biogas akan keluar setelah 14 hari sejak proses awal, dan setelah itu biogas akan dihasilkan setiap hari, dengan catatan sampah juga dimasukan setiap hari.

Ia saat ini membuat diegester dengan kapasitas 200 liter. Rencananya, pada akhir tahun 2019 ini akan membuat 4 ribu liter dan bahan-bahannya terintergrasi dengan septiktank.

"Biogas akan dimasukkan di sebuah tandon. Tandon ini berfungsi untuk menampung gas yang dihasilkan dari diegester. Tampungan harus rapat, sehingga tidak ada gas yang bocor," tandasnya.

Agus mengatakan, permasalahan yang ada adalah tekanan biogas ini lebih kecil dari LPG, sehingga walapun di dalam penampungan biogas masih ada, biogas tidak mampu keluar dan kompor akan mati. Oleh karena itu, ia membuat injeksi biogas dengan memanfaatkan aerator akuarium.

"Aerator dimodifikasi bagian input dan output aliran udaranya," katanya.

Diterangkan, bagian input yang seharusnya mengambil udara dari luar dimodifikasi salurannya, disambung dengan selang akuarium dan dihubungkan dengan saluran biogas dari tampungan. Saluran output aerator dihubungkan ke kompor gas. Dengan alat injektor ini, nyala api lebih konstan dan bisa bertahan lama walaupun sampai tampungan mengecil, asalkan masih ada biogas kompor masih bisa menyala.

Untuk menjaga api tetap menyala, ia memberikan beban di atas tampungan dan biogas ini bisa bertahan hanya 15 menit. Biogas ini masih digunakan untuk kalangan sendiri, namun ia mempunyai harapan kompor biogas ini bisa dimanfaatkan oleh orang banyak.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: