Susah Sinyal dan Kuota, Sekolah Pasang Hotspot Gratis untuk Siswa di Daerah Terisolir

Susah Sinyal dan Kuota, Sekolah Pasang Hotspot Gratis untuk Siswa di Daerah Terisolir

**Melihat Perjuangan Merdeka Belajar di Tengah Pandemi dari Pelosok Batang

*SMPN 4 Bawang

BATANG - Di masa pandemi ini, pembelajaran jarak jauh dipilih untuk meminimalisir penyebaran Covid-19. Namun pada praktiknya pembelajaran jarak jauh di beberapa tempat punya kendalanya masing-masing, Seperti di SMPN 4 Bawang yang terletak di Pranten Kecamatan Bawang Kabupaten Batang. Pasalnya Pranten menjadi salah satu desa yang masih terisolir di Batang. Sehingga bukan perkara gampang untuk mendapatkan sinyal internet di lokasi yang punya banyak titik blankspot tersebut. Lantas, seperti apa perjuangan anak-anak SMPN 4 Bawang belajar di tengah pandemi?

Sudah beberapa bulan terakhir Habib Asani (14), siswa SMPN 4 Bawang melakukan pembelajaran jarak jauh dari rumah. Meski begitu, pembelajaran jarak jauh ini tidaklah mudah baginya. Lantaran ia berdomisili di Desa Pranten Bawang, salah satu desa terisolir di Batang. Apalagi pembelajaran jarak jauh ini terkadang menggunakan metode pembelajaran online.

Untuk mengandalkan sinyal internet, ia hanya bisa menggunakan jaringan seluler smartphone pemberian orang tuanya. Namun terkadang jaringan tersebut enggan tersambung ke ponselnya. Tak jarang ia sendiri tak sanggup membeli kuota. Apalagi di tengah pandemi Covid-19, harga panen bawang kedua orang tuanya terbilang anjlok. Terkadang ia rikuh meminta uang jajan pada orang tuanya untuk dibelikan pulsa.

Tak jarang jika ada tugas online yang urgent, ia menumpang jaringan hotspot smartphone temannya. Atau jika memungkinkan ia akan pergi ke kantor kepala desa, meski jaraknya sekitar 2.5 kilo meter dari rumahnya.

Habib pun bisa sedikit bernafas lega, ketika pihak sekolah berinisiatif melakukan jemput bola ke rumah siswa untuk memberikan materi. Dengan jemput bola itu, frekuensi penggunaan jaringan internet bisa diminimalisir. Sehingga ia bisa menghemat penggunaan kuotanya.

"Punya smartphone ini dibelikan bapak ketika panen waktu lalu bagus. Sekarang pas musim Corona seperti ini kerjaan bapak susah. Harga bawang turun tidak seperti biasanya. Kadang saya rikuh kalau mau minta uang untuk beli pulsa. Soalnya kadang kalau bapak punya uang, tidak perlu diminta, bapak pasti langsung kasih," terangnya.

Memasuki tahun ajaran baru 2020/2021, Habib pun sempat kebingungan. Pasalnya keadaan ekonomi keluarganya pun belum membaik. Ditambah model pembelajaran jarak jauh pun masih menjadi opsi terbaik dalam keadaan new normal seperti ini.

Berangkat dari hal tersebut, SMPN 4 Bawang kini berinisiasi untuk menyediakan pemancar jaringan internet gratis untuk siswa. Hal ini diberlakukan, untuk mendukung pembelajaran model kombinasi yang diterapkan Disdikbud Batang mulai tahun ajaran ini. Dimana pembelajaran akan dilakukan secara bergantian, antara pembelajaran tatap muka dan pembelajaran jarak jauh atau daring.

Sebelumnya, SMPN 4 Bawang pun telah menerapkan pembelajaran door to door, home visit ke rumah siswa. Meski begitu cara ini tidaklah terlalu efektif karena hanya bisa dilakukan sekali dalam seminggu. Lantaran daerah yang diakses cukup susah dan tidak sepadan dengan jumlah personil yang terjun ke lapangan.

"Orang tua sangat keberatan, kuota sangat boros karena digunakan untuk medsos, browsing, dan game online karena orang tua sulit memantau. Dampaknya selama pembelajaran online semester kemarin 2 siswa dinikahkan dan 1 siswa disuruh keluar untuk membantu orang tua bekerja di ladang," jelas Kepala SMPN 4 Bawang, Mulud Sugito saat diwawancarai Radar Pekalongan, Senin (27/7/2020).

Dijelaskan, dengan anggaran sekitar Rp15,7 Juta pihak sekolah memasang antena mikrotik untuk pemancar jaringan internet. Dengan antena ini siswa bisa mendapatkan hotspot internet secara cuma-cuma, gratis disediakan sekolah. Hotspot ini pun dipasang di beberapa titik, seperti di Dukuh Sigemplong, Dukuh Pranten, Dukuh Rejosari dan Dukuh Bintoro Mulyo.

Meski cuaca berkabut tebal, saat di test speed kecepatan mencapai 13,34 mbps dan saat cuaca cerah mencapai 30 mbps. Dengan kecepatan ini para siswa bisa menggunakan layanan internet untuk berbagai keperluan. Seperti mengakses Google Classroom, Zoom, YouTube dan aplikasi pendukung lainnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: