Tahun 2035 Banjir Permanen Rendam Seluruh Kota

Tahun 2035 Banjir Permanen Rendam Seluruh Kota

*Hasil Kajian Mercy Corp
*Tahun Ini, Dalam 5 Bulan Terjadi Penurunan Tanah 2,7 cm

KOTA - Tim Poka Line Subsidence dari Kemenko Maritim dan Investasi bersama Universitas Diponegoro, melakukan kunjungan ke Kota Pekalongan untuk melakukan penelitian terkait penurunan muka tanah atau land subsidence, Kamis (10/9/2020). Kedatangan tim, disambut oleh Wali Kota Pekalongan, M Saelany Machfudz, Wakil Wali Kota, A Afzan Arslan Djunaid serta jajaran pejabat Pemkot Pekalongan.

Dalam pertemuan yang dilakukan di Ruang Kalijaga Setda Pekalongan, dipaparkan berbagai hasil penelitian dan kondisi line subsidence serta dampaknya di Kota Pekalongan. Bahkan dalam salah satu hasil kajian dari Mercy Corp Indonesia, terungkap bahwa 15 tahun mendatang akan terjadi banjir permanen yang menggenangi seluruh wilayah Kota Pekalongan.

"Kemarin kami memodelkan resiko banjir secara keseluruhan di wilayah Kabupaten dan Kota Pekalongan. Memang dampaknya ini sangat massif," ungkap anggota tim, Arif Gandapurnama dalam paparannya.

Dari hasil kajian tersebut, luasan genangan banjir permanen yakni banjir yang airnya tidak pernah surut, akan bertambah signifikan yakni akan mencapai batas wilayah Kabupaten Pekalongan. Dikatakan Arif, jika saat ini genangan air sudah menyentuh tiga kecamatan yakni Kecamatan Pekalongan Utara, Barat dan Timur, maka mulai 2030 sampai 2035 mendatang banjir permanen juga akan menyentuh Kecamatan Pekalongan Selatan.

Menurut kajian yang dilakukan, intervensi dan upaya-upaya yang kini sudah dilakukan pemerintah mulai dari pembangunan tanggul raksasa dan juga parapet di tepi sungai tidak akan sanggup lagi menaggulangi bahaya-bahaya yang muncul. "Tahun 2035 nanti airnya akan mulai masuk dari kanan dan kiri. Jadi diperlukan ada alternatif lain untuk menanggulangi hal-hal yang mungkin muncul di masa depan," tambahnya.

Dalam kajian itu, lanjut Arif, pihaknya tidak hanya mempertimbangkan line subsidence sebagai faktor penyebab. Tapi juga faktor lain yang turut mempengaruhi kondisi tersebut mulai dari faktor klimatologi dan faktor resiko banjir dari masing-masing sungai yang ada.

*Tahun Ini, Penurunan Tanah 2,7 cm dalam 5 Bulan

Sementara itu, Sekda Kota Pekalongan, Sri Ruminingsih dalam paparannya mengatakan bahwa secara geografis kondisi Kota Pekalongan memang diapit empat sungai yang seluruhnya meluap pada musim hujan. Ditambah satu sungai lagi di wilayah perbatasan dengan Kabupaten Batang yakni Sungai Gabus, yang turut meluap.

"Berikutnya terkait line subsidence di Kota Pekalongan yang memang sempat viral karena berdasarkan hasil penelitian cukup parah. Kami sendiri cukup miris dan berfikir tahun 2030 nanti akan seperti apa," kata Sekda.

Mengenai penurunan muka tanah atau line subsidence di Kota Pekalongan, dalam beberapa penelitian yang dilakukan memperlihatkan hasil yang berbeda. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Dr Heri Andreas dari ITB menyebutkan bahwa penurunan muka tanah di Kota Pekalongan mencapai 8 hingga 20 sentimeter per tahun. Selain itu, juga ada hasil kajian dari LSM Kemitraan tahun 2019 bahkan menyebutkan penurunan muka tanah mencapai 25 hingga 34 sentimeter per tahun dan disebutkan menjadi yang tertinggi di dunia.

"Saat ini dari Badan Geologi juga tengah melakukan pengukuran dengan memasang alat patok di kawasan Stadion Hoegeng untuk melihat penurunan permukaan tanah Kota Pekalongan. Patok dipasang pada Maret lalu dan pada 17 Juli 2020 sudah terjadi penurunan permukaan tanah 1,3 sentimeter," jelas Sekda.

"Kemudian pada 25 Agustus, sudah terjadi penurunan tanah 2,3 sentimeter dan sampai saat ini sudah 2,7 sentimeter. Artinya dalam lima bulan terjadi penurunan permukaan tanah 2,7 sentimeter berarti rata-rata per bulan setengah sentimeter. Padahal lokasi pemasangan alat ini jauh dari laut. Sedangkan untuk di wilayah selatan, memang masih kecil penurunannya baru 0,2 sentimeter," papar Sekda.

Terkait hal tersebut, hal yang paling berpengaruh yakni pengambilan air bawah tanah secara massif. Sekda mengungkapkan, dalam catatan Pemkot saat ini ada 125 sumur berizin yang mengambil air bawah tanah. Namun ada juga sumur yang tidak berizin tapi membayar pajak dan turut mengambil air bawah tanah sebanyak 60 sumur sehingag total ada 185 sumur yang mengambil air bawah tanah. "Kami yakin, banyak sumber lain yang tidak berizin, ini memang menambah parah kondisi yang ada," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: