Jelang Pilwalkot, Parpol Harus Mulai Terbuka

Jelang Pilwalkot, Parpol Harus Mulai Terbuka

*Proses Persiapan Kandidat untuk Pilwalkot 2020
*Tensi Politik Masih Adem Ayem
*Keterlibatan Masyarakat Menjadi Minim

Rektor Universitas Pekalongan, Suryani SH MHum

KOTA - Tensi politik di Kota Pekalongan menyongsong Pilwalkot tahun 2020 hingga saat ini terpantau masih adem ayem. Manuver politik maupun informasi proses-proses yang dilakukan untuk menjaring kandidat oleh partai politik masih sangat minim. Kondisi demikian dikhawatirkan juga akan berdampak pada proses demokrasi serta keterlibatan dan partisipasi masyarakat dalam gawe lima tahunan tersebut.

Rektor Universitas Pekalongan (Unikal), Suryani SH MHum melihat bahwa peran parpol sebagai pilar demokrasi sangat besar dalam 'memanaskan' situasi menjelang Pilwalkot. Menurutnya saat ini parpol harus mulai terbuka untuk menyampaikan proses apa yang kini dilakukan dalam rangka mencari kandidat yang akan diusung dalam Pilwalkot mendatang.

"Jangan sampai nanti (calon) hanya muncul diujung saja saat akan mendaftar, kemudian masyarakat hanya bisa mencermati kandidat lewat kampanye saja tapi tidak mengikuti dari awal. Jangan nanti masyarakat diminta menrima hasil yang tertutup dan diposisikan sebagai pihak yang tidak perlu dilibatkan," tuturnya saat ditemui kemarin.

Jika itu terjadi, dia juga menilai masyarakat ibarat membeli kucing dalam karung. Kondisi itu menurutnya tidak bagus untuk demokrasi dimana yang menjadi prinsip utama adalah keterlibatan masyarakat sejak proses awal. "Jadi parpol harus sedapat mungkin membuka proses yang sedang berlangsung ini ke publik. Barangkali dari hal itu akan ada usulan atau masukan dari konstituen. Jadi gak boleh diam-diam, semua harus turut terlibat membangun semangat untuk mencari pemimpin yang sesuai," tambahnya.

Apalagi waktu yang tersisa saat ini terbilang sangat minim, yaitu hanya sekitar empat bulan sebelum pembukaan pendaftaran pencalonan. "Saya tidak tahu kenapa sampai hari ini partai masih enggan membuka ke publik. Masih menahan diri, atau justru tidak ada ruang untuk mempublikasikan, tidak ada wartawan yang melakukan wawancara mungkin. Saya tidak paham kondisinya sebenarnya seperti apa," kata Suryani.

Tak hanya bagi parpol besar, yang sudah memiliki tiket untuk mengajukan calon kandidat, menurut Suryani parpol-parpol kecil juga harus mulai bergerak. Yakni dengan menyampaikan kriteria kandidat yang diinginkan, atau arah koalisi yang sudah terbangun seperti apa. "Kalau saling menunggu saja, wait and see, ini tidak akan selesai karena tidak ada yang berani," katanya.

Langkah menunggu dalam rangka menyusun strategi yang dilakukan parpol, menurutnya tidak salah. Namun proses itu juga harus disampaikan agar masyarakat juga teredukasi dan terlibat. "Permainan politik ini selalu ada to mestinya. Tapi paprol jangan hanya jadi follower saja kalau bisa mengawali walaupun ujungnya nanti arahnya berbeda tapi ini bagian dari proses politik. Partai punya peran penting untuk mulai memanaskan tensi Pilwalkot," jelasnya.

Selain dari Parpol, Suryani mengatakan bahwa pihak yang memiliki peran penting untuk melakukan sosialisasi maupun pendidikan politik ada pada penyelenggara pemilu yakni KPU maupun Bawaslu. KPU berperan untuk mengkondisikan suasana melalui kegiatan-kegiatan sosialisasi. Begitu juga Bawaslu yang juga harus mulai mendorong peran-peran dan langkah pengawasan terhadap tahapan Pilwalkot yang saat ini sudah berjalan.

"Ini tugas penyelenggara juga. Karena berhasil tidaknya proses Pemilu bukan hanya soal hasil tapi juga bagaimana membangun partisipasi yang setinggi-tingginya. Bawaslu juga bisa muncul dengan menyatakan bahwa perlunya pengawasan bersama karena tantangannya banyak. Ini akan mendorong terwujudnya partisipasi masyarakat dalam proses demokrasi," tandasnya.(nul)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: