Generasi Z Cenderung Apatis Politik? Begini Pesan Ketua DPRD Batang Maulana Yusup

Generasi Z Cenderung Apatis Politik? Begini Pesan Ketua DPRD Batang Maulana Yusup

SAPA HABIB - Ketua DPRD Batang, Maulana Yusup saat menyapa dan berfoto bersama dengan Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf saat kegiatan di Batang, beberapa waktu lalu.-Dok. Istimewa-

RADARPEKALONGAN.DISWAY.ID - Citra dunia politik yang kotor masih saja membayangi pentas perpolitikan di tanah air. Fenomena generasi Z cenderung apatis politik pun disebut-sebut sebagai imbas atas stigma politik yang kotor ini.

Sebagai politisi muda, Maulana Yusup justru menantang para pemilih milenial dan zilenial ini untuk melek politik dan berpartisipasi aktif untuk ikut membenahi proses politik yang ada.

Yusup yang diketahui menjabat Ketua DPRD Batang ini juga mengaku prihatin sekaligus risih bahwa dunia politik yang terbilang belum lama ia retas masih distigmatisasi secara negatif. Namun bagi dia, citra politik yang kotor itu justru layak menjadi otokritik sekaligus tantangan yang harus dijawab para politisi, termasuk dirinya.

"Kalau dunia politik masih dianggap kotor, maka ini juga tugas adik-adik semua untuk ikut membenahinya. Sebagai calon generasi Indonesia Emas di 2045, adik-adik harus mau turun tangan membenahi proses politik kita agar semakin baik," kata politisi muda Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ini dalam kesempatan diskusi dengan ratusan anak-anak Gen Z di Aula Bupati Batang, belum lama ini.

Menurut Yusup, untuk membenahi dunia politik, setiap anak bangsa terutama kelompok muda harus lebih dulu peduli, tidak justru apatis dan apriori dengan politik. Mereka perlu melek politik dan mencukupi bekal literasi politiknya, sehingga bisa ikut berkontribusi dengan mengawal proses politik seperti Pemilu agar lebih bermartabat.

"Pilihan ada dua, mau membenahi dari luar dengan memberikan kritik dan masukan yang konstruktif, membangun civil society yang kuat, atau dengan masuk ke dalam, terlibat langsung dengan proses politik, menjadi bagian dari peserta politik misalnya.

Karena kalau orang-orang yang menganggap dirinya baik hanya bisa men-judge politik kotor lantas menjauhinya, ya jangan salahkan kalau nantinya politik kita diisi orang-orang yang tidak sesuai harapan publik," jelas Yusup. 

Generasi Z Cenderung Apatis Politik?

Soal fenomena sebagian generasi Z cenderung apatis politik, Yusup menekankan pentingnya terlibat untuk mewujudkan sesuatu yang lebih besar. Jangan hanya berpikir hari ini, tetapi juga nanti.

Menyitir pendapat Gus Baha, Yusup menyebut politik menjadi strategis karena bermuara pada penguasaan otoritas. Sekian banyak fatwa tentang pelacuran haram misalnya, dalam politik akan kalah powerfull dibanding satu tanda tangan dari mereka yang puinya kekuasaan dan otoritas. 

"Makanya bagaimana negara memperlakukan generasi muda, generasi milenial dan zilenial misalnya, itu juga melalui keputusan politik dari mereka yang punya kekuasaan dan otoritas.

Karena itu, penting bagi Gen Z ini untuk menggunakan hak pilihnya secara aktif, menyukseskan orang-orang yang mereka anggap bisa memperjuangkan nasib mereka," jelas Yusup. 

Bahkan kalaupun kemungkinan terburuknya adalah pilihan calon yang ada dianggap buruk semua, jelas Yusup, maka tidak serta lantas meninggalkan seluruhnya. "Kata Imam Syafii, paling tidak pilih yang mudharatnya paling kecil," tandasnya.

Sebagai pemimpin muda, Yusup juga mengaku sedikit banyak memahami situasi kebatinan Gen Z yang galau dengan masa depannya. Termasuk fenomena generasi Z cenderung apatis politik juga sering ia dengar dan hadapi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: