KAJEN,RADARPEKALONGAN - Ingin kulineran olahan menthok yang empuk dan maknyus, silahkan coba di menthok rendang Jawa Bu Fatonah di Desa Pandanarum, Kecamatan Tirto, Kabupaten Pekalongan.
Olahan menthok atau entok di warung ini terkenal empuk dan lezat. Bisa jadi rahasianya karena cara memasaknya masih menggunakan kayu bakar. Meski berada di gang perkampungan, warung ini banyak miliki pelanggan dari luar daerah.
Bahkan Bupati dan pejabat di Pekalongan kerap mampir di warung ini. Padahal letak warungnya bukan di jalur utama. Hanya warung rumahan biasa yang terletak di dalam sebuah gang. Viewnya pun tak menjual. Namun selalu ramai dikunjungi pembeli lantaran cita rasanya yang sudah terkenal lezat.
Menantu Ibu Fatonah, Rohmani (51), Jumat, 29 September 2023, menuturkan, Bupati Pekalongan sejak Amat Antono hingga Fadia Arafiq, semuanya pernah makan di warungnya. Wali Kota Pekalongan juga makan di tempat itu. Bahkan Wali Kota Tegal masih kerap mampir di warungnya.
Baca juga:Kuliner Khas Batang yang Bisa Kamu Nikmati Setelah Mengunjungi Pantai Jodo
Rohmani yang sekarang mengelola warung itu mengaku tak ada resep rahasia dalam menthok rendang Jawa buatannya. Bumbunya seperti rendang biasa. Namun ia tak memasak dengan api kompor, namun dengan tungku kayu bakar.
"Kami masih mempertahankan cara Bu Fatonah masak, dengan tungku kayu bakar," katanya.
Ia pun tak tahu memasak dengan kayu bakar itu berpengaruh terhadap rasa sensasi tekstur daging menthok. Ia hanya memegang kepercayaan apa yang almarhum mertuanya lakukan dulu.
"Insya Allah tidak akan beralih ke kompor gas," tegasnya.
Rohmani mengakui ada trik memasak menthok rendang Jawa dengan kayu bakar biar enak. Api kayu bakar jangan dibiarkan terus menyala. Api menyala hanya untuk beberapa saat. Jika daging dirasa sudah agak lunak, api dimatikan. Biarkan hanya bara api yang menyala.
"Sebab kalau api terus besar, dagingnya belum empuk, kuah sudah menyusut. Padahal kuahnya ini kan mengandung bumbu yang harus benar-benar meresap. Mungkin di bagian ini yang butuh keahlian khusus," ungkapnya.
Dulu, kata Rohmani, Bu Fatonah bingung menamai masakannya itu. Namun akhirnya ia memutuskan menamai "Rendang Jawa".
"Orang Semarang dan orang wetan yang makan di sini menyebut ini rica-rica. Tapi bagi kami bukan, karena rica-rica itu dicincang dan pedas. Ini tidak, pedasnya juga sedikit," jelas Rohmani.