PEKALONGAN, RADARPEKALONGAN.DISWAY.ID - Mahasiswi pelaku bunuh diri di Mall Semarang ramai menjadi perbincangan.
Seorang psikolog di Pekalongan Rizki Nuansa Hadyan, Psikolog cukup konsen mengamati kasus yang terjadi akhir-akhir ini.
Kiki--- panggilan Psikolog di atas bercerita, pagi itu di salah satu WAG-nya, teman-temannya sibuk mendiskusikan kasus kejadian bunuh diri, seorang mahasiswi perguruan tinggi di salah satu pusat perbelanjaan di Kota Semarang.
Salah seorang kawannya meminta Kiki untuk menganalisa tulisan tangan dari surat terakhir yang ditulis mahasiswi tersebut. Kiki katakan, dirinya kurang expert di bidang grafologi. Namun bisa memberi analisa sederhana yang berdasarkan pada beberapa data di atas.
BACA JUGA: Praktis dan Ekonomis! Ini 6 Rekomendasi Kopi Sachet Terenak untuk Kamu Coba di Rumah
Pertama, menurut Kiki, dia adalah mahasiswi sebuah perguruan tinggi negeri, notabene masuk dalam kategori generasi Z ---mereka yang kelahiran tahun 1995-2010.
Kedua, statusnya adalah mahasiswi sebuah perguruan tinggi negeri yang artinya yang bersangkutan secara kapasitas memiliki kecerdasan rata-rata/average (normal). Artinya yang bersangkutan bukan anak ABK (anak berkebutuhan khusus).
Ketiga, konten isi surat terakhirnya yang banyak beredar yang menuliskan Mom, sorry for cannot being as strong as u wish dan Sekali maaf mih, aku nyerah....
BACA JUGA: Ada di Dalam Al-Qur'an, Inilah 7 Tanaman Pembawa Rejeki Menurut Islam, Muslim Harus Banget Baca Ini
Artinya, Kiki menyimpulkan bahwa mahasiswi pelaku bunuh diri di Mall Semarang adalah anak generasi Z yang masuk menjadi bagian dari generasi strawberry.
Ungkapan soal generasi strawberry awalnya mencuat di Taiwan. Istilah tersebut mengacu kepada generasi yang lunak seperti buah stroberi. Nama buah stroberi dipilih untuk generasi baru ini karena buah tersebut indah dan eksotis, namun begitu dipijak atau ditekan sangat mudah sekali hancur.
Selama ini, generasi stroberi atau strawberry dikenal sebagai generasi yang kreatif namun rapuh. Generasi ini bukan penggambaran rentang usia seperti gen Z melainkan kondisi tertentu yang berkaitan dengan tekanan sosial.
Sedangkan istilah stroberi ini diciptakan oleh Sosiolog Australia yaitu Paul Hirst pada tahun 1978. Istilah generasi stroberi juga pertama kali muncul pada buku "The Graying of the Greens: Demographic Change And Political Realignment In Australia".
Pemilihan istilah stroberi di sini memiliki kesesuaian antara buah stroberi dengan karakteristik generasi yang terlihat kreatif namun memiliki jiwa yang rapuh.