Kekeringan, 51,99 Ha Sawah Poso

Kamis 06-08-2020,15:00 WIB

**109 Petani Dapat Klaim AUTP dari PT Jasindo

KANDANGSERANG - Puluhan hektar sawah di Desa Bojongkoneng, Kecamatan Kandangserang, Kabupaten Pekalongan, mengalami poso alias gagal panen akibat kekeringan pada tahun 2019.

Kepala Desa Bojongkoneng, Tumiyati, ditemui usai penyerahan asuransi usaha tani padi (AUTP) dari Jasindo di Balai Desa Bojongkoneng, Rabu (5/8/2020), mengatakan, pada musim kemarau, ratusan hektar sawah di desa ini kerap terancam gagal panen. Pasalnya, 123 hektar sawah di Desa Bojongkoneng masih mengandalkan air hujan untuk pengairannya, atau sawah tadah hujan. Hanya ada 25 hektar sawah di Dukuh Harjosari yang sudah menikmati irigasi teknis.

"Musim kemarau petani di sini sering gagal panen. Jika pun panen, produktivitasnya tidak maksimal karena sebagian besar sawah di sini masih tadah hujan," kata dia.

Menurutnya, jaringan irigasi di Desa Bojongkoneng sulit. Pihak desa sebenarnya sudah ada inisiatif untuk membangun jaringan irigasi, namun anggaran dari dana desa tidak memadai. Ke depan, kata dia, pihaknya akan meminta bantuan dari pemerintah untuk pembangunan irigasi di desanya.

"Pada tahun 2018 sudah disurvei dari sumber mata air yang bisa mengaliri area pertanian di beberapa dukuh di desa ini dan perkiraannya dibutuhkan anggaran sekitar Rp 1 miliar," terang dia.

Menurutnya, anggaran dana desa tak mampu untuk mencukupinya.

Ia berharap, ke depan bisa ada pembangunan jaringan irigasi di desanya, sehingga persoalan pengairan saat musim kemarau bisa teratasi. "Kita akan meminta bantuan dari pemerintah untuk mewujudkan itu," kata dia.

ASURANSI PERTANIAN

Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Pekalongan, Siswanto, mengapresiasi dua kelompok tani di desa itu yang sudah mengikuti program AUTP. "Panjenengan semua berkehendak mengikutsertakan diri jadi peserta AUTP. Saya berharap ke depan bisa ikut terus," harap dia.

Dikatakan, di Kabupaten Pekalongan ada 8500-an hektar sawah yang diasuransikan di Jasindo.

"Satu hektar hanya bayar premi Rp 36 ribu. Premi semestinya Rp 180 ribu, namun dibantu pemerintah Rp 144 ribu. Jadi untuk satu iring hanya Rp 6 ribu," kata dia.

Dibandingkan dengan harga sebungkus rokok, kata dia, masih mahal dua bungkus rokok dibandingkan premi asuransi pertanian. Padahal, manfaat asuransi pertanian sangat penting pada saat petani mengalami gagal panen akibat bencana maupun serangan hama dan penyakit tanaman.

"Manfaatnya bisa dirasakan saat tidak panen akibat kekeringan atau hama penyakit. Petani di daerah lainnya sudah banyak yang ikut, seperti di Sragi dan lainnya sudah banyak yang mandiri," ujar Siswanto.

Untuk memacu petani ikut dalam program asuransi pertanian, kata dia, pemerintah saat ini membantu subsidi. Namun ke depan diharapkan petani secara mandiri ikut dalam program tersebut.

Tags :
Kategori :

Terkait