Indonesia Bidik Posisi Nomor Satu Ekonomi Syariah Dunia pada 2029
Ketua Umum Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) Kota Pekalongan, Andi Arslan Djunaid menjadi salah satu pembicara pada acara Road to Fair Share di Hotel Aston, Kota Pekalongan, Jumat (22/8/2025).-istimewa-
PEKALONGAN – Indonesia menegaskan ambisinya untuk menjadi pusat ekonomi syariah global. Pemerintah bersama berbagai pemangku kepentingan menargetkan posisi puncak dalam Global Islamic Economy Indicator (SGEI) pada 2029 sebagaimana tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN).
Langkah tersebut ditempuh melalui tiga strategi utama, yakni peningkatan literasi masyarakat terhadap ekonomi syariah, perluasan inklusi keuangan berbasis syariah, serta pembangunan ekosistem halal yang terintegrasi dari hulu hingga hilir.
Tantangan Inklusi Keuangan Syariah
Direktur Infrastruktur Ekosistem Syariah Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS), Sutan Emir Hidayat, mengatakan bahwa literasi masyarakat Indonesia terkait ekonomi syariah sudah mengalami perkembangan cukup signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Namun, inklusi keuangan syariah masih menjadi pekerjaan rumah besar.
BACA JUGA:Gubernur Jawa Tengah Serahkan 1.065 Sertifikat Tanah untuk Petani Teh Eks PIR di Tiga Kabupaten
BACA JUGA:Sinergi Rutan Pekalongan dan LDNU, Istighotsah Warnai Peringatan HUT Kemerdekaan
“Indeks literasi kita relatif sudah baik, tetapi yang masih tertinggal adalah inklusinya. Saat ini baru sekitar 12–13 persen. Artinya, masyarakat sudah tahu tentang ekonomi syariah, tetapi belum banyak yang memanfaatkan layanan keuangan syariah,” ujar Emir dalam acara Road to Fair Share di Hotel Aston, Kota Pekalongan, Jumat (22/8/2025).
Menurut Emir, akses terhadap layanan keuangan syariah harus semakin diperluas agar bisa dirasakan oleh masyarakat luas. Digitalisasi menjadi salah satu solusi penting, mengingat koperasi syariah hingga Baitul Maal wat Tamwil (BMT) kini sudah mulai menyediakan layanan mobile banking.
“Masyarakat jangan berhenti pada tahap mengenal, tetapi perlu mencoba dan menggunakan layanan tersebut. Kalau tidak dicoba, kapan ekonomi syariah bisa berkembang?” tegasnya.
Enam Pilar dan Lima Kunci Penguat
Lebih lanjut, Emir memaparkan bahwa terdapat enam sektor utama yang menjadi tulang punggung ekonomi syariah Indonesia, yaitu industri halal, fesyen muslim, pariwisata ramah muslim, produk farmasi dan kosmetik halal, keuangan syariah, serta media islami.
Enam sektor itu, katanya, membutuhkan dukungan dari lima faktor penguat agar bisa berkembang optimal, yakni peningkatan volume transaksi, inovasi, literasi dan kesadaran masyarakat, dampak sosial yang nyata, serta regulasi yang kondusif.
“Jika kelima faktor ini berjalan konsisten, skor Indonesia dalam SGEI pasti meningkat. Contohnya, zakat tidak hanya dikumpulkan, tapi juga harus berkontribusi pada penurunan angka kemiskinan ekstrem. Demikian pula inovasi digital, misalnya aplikasi sertifikasi halal, bisa memberi nilai tambah yang lebih besar,” kata Emir.
Peran Masyarakat Ekonomi Syariah
Ketua Umum Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) Kota Pekalongan, Andi Arslan Djunaid, menilai potensi ekonomi syariah Indonesia sangat besar, tetapi belum tergarap optimal.
“Potensinya luar biasa, tapi minat masyarakat untuk benar-benar menjalankan bisnis syariah masih kurang kuat. Fungsi MES, KNEKS, bersama Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) adalah mendorong percepatan ini. Bahkan saya sendiri berencana memulai kembali usaha berbasis syariah, karena harus ada contoh nyata dari kita,” ucapnya.
Dukungan Bank Indonesia
Sementara itu, Kepala Perwakilan BI Tegal, Bimala, menegaskan pihaknya terus mendorong literasi dan inklusi keuangan syariah di wilayah kerjanya yang mencakup Kabupaten Brebes hingga Batang.
Menurutnya, program Fair Share merupakan salah satu sarana strategis untuk meningkatkan pemahaman sekaligus praktik nyata ekonomi syariah di masyarakat.
“Tentu upaya ini tidak bisa dilakukan sendiri. Harus ada kerja sama dengan MES, pemerintah daerah, hingga OJK. Kolaborasi adalah kunci agar ekosistem syariah bisa tumbuh berkelanjutan,” jelasnya.
Bimala menambahkan, kegiatan sosialisasi dan edukasi seperti Road to Fair Share diharapkan dapat menjadi pemicu agar masyarakat tidak hanya mengenal konsep ekonomi syariah, tetapi juga ikut bertransaksi dan mengembangkan usaha berbasis prinsip syariah.
Target Global
Hingga saat ini, perkembangan ekonomi syariah di Indonesia menunjukkan tren yang cukup positif. Pada 2018, Indonesia masih berada di peringkat ke-11 dalam SGEI. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, posisinya berhasil naik hingga peringkat ketiga.
Dengan dukungan pemerintah, lembaga keuangan, dan masyarakat, Indonesia menargetkan bisa meraih peringkat pertama pada 2029. Pencapaian ini diharapkan mampu menegaskan peran Indonesia sebagai salah satu motor utama ekonomi syariah dunia.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:

