Penipuan Kode OTP: Kenali Bahaya dan Cara Menghindarinya

RADARPEKALONGAN.CO.ID - “Jangan pernah berikan kode OTP ditelepon kepada siapapun.” Begitulah pesan yang tak pernah bosan dikampanyekan banyak pihak guna menjaga customer selalu aman.

Bahkan, sekelas negara maju sekalipun, penipuan kode OTP ini masih menjadi isu yang perludi waspadai.

Bagaimana bahaya penipuan ini bekerja?

Kami telah merangkumnya dalam penjelasan ringkas, lengkap dengan cara menghindarinya.

Bahaya Penipuan Kode OTP

Sebelumlanjut, kode OTP atau One-Time Password adalah sebuah password sementara yang hanya dapat digunakan satu kali dalam waktu tertentu, digunakan untuk membantu memverifikasi seseorang saat melakukan login maupun transaksi.

BACA JUGA:Jamin Kenyamanan Pelanggan, Telkomsel Petakan 75 Titik Keramaian Di Jateng - DIY Saat Libur Lebaran 2025

BACA JUGA:TELKOMSEL EDUCATION DAY: PENERAPAN TEKNOLOGI DALAM PEMBELAJARAN INTERAKTIF

Di sisi lain, sifat lapisan dari keamanan tambahan ini sulit ditembus oleh pihak yang tidak berwenang. Maka dari itu, ketika hal ini menimpa, banyak orang mendapati rekeningnya ludes hingga akunnya dibajak untuk disalahgunakan hingga kebocoran data pribadi.

Pernah dikabarkan pasutri di Singapura kehilangan semua uang di rekening mereka akibat penipuan ini.

Bagaimana Bahaya Modus Penipuan Kode OTP Bekerja?

Kode OTP biasanya dikirimkan melalui beberapa metode dengan keunggulan dan kekurangan masing-masing. SMS OTP adalah yang paling cepat dan mudah, namun berisiko jika ponsel hilang atau dicuri.

Sementara email OTP simple berisikan link menuju halaman verifikasi, namun memerlukanakses internet untuk membukanya dan rentan diklik tanpa sadar ketika lengah.

Terakhir, yakni call OTP yang mana kode tersebut diberikan melalui panggilan telepon secara real-time. Pastikan Anda tidak melewatkan panggilannya.

Waspadai penipuan dengan dua modus yang marak berkembang ini. Penipuan melalui upgrade jaringan kartu telepon dan perubahan tarif biaya bank semakin marak.

Modus pertama melibatkan penipu yang berpura-pura menjadi operator seluler, meminta PIN aktivasi untuk kartu baru yang mereka kendalikan. Akibatnya, akun mobile banking korban bisa diakses tanpa izin.

Sumber: