Tongkang dan Beko untuk Mengeruk Muara Pelabuhan Mendesak untuk Diperbaiki

Tongkang dan Beko untuk Mengeruk Muara Pelabuhan Mendesak untuk Diperbaiki

Anggota Komisi C DPRd Batang saat mengecek kondisi tongkang dan juga beko di pelabuhan Batang. (Istimewa)

BATANG - Kondisi kapal tongkang dan juga escavator yang dipergunakan untuk mengeruk muara pelabuhan Batang, saat ini sudah mengalami kerusakan. Padahal, keberadaan kedua alat tersebut sangat penting untuk mengeruk muara agar tidak mengalami pendangkalan, sehingga bisa menggangu lalu lalang kapal menuju Tempat Pelelangan Ikan (TPI).

"Berdasarkan pantauan dan juga laporan dari operator yang mengoperasikan beko (escavator), saat ini kondisinya sudah mendesak untuk diperbaiki, dan kami sepakat untuk menganggarkan perbaikannya agar kerusakannya tidak tambah parah," ujar Ketua Komisi C DPRD Batang, Tofani Dwi Arianto disela-sela kunjungan kerja ke pelabuhan Batang, kemarin.

Tongkang dan beko itu sendiri selama ini dipergunakan untuk mengeruk muara pelabuhan Batang agar tidak mengelami pendangkalan. Kedua alat tersebut dibeli pada tahun 2013 lalu dengan anggaran Rp 2,7 miliar. Namun, seiring perjalanan waktu, kondisinya sudah mengelami kerusakan. Untuk tongkang sendiri saat ini sudah mengalami penipisan pada bagian plat-platnya, sedangkan untuk bekonya rodanya juga sudah rusak.

"Idealnya setiap lima tahun baik beko maupun kapal tongkangnya harus mendapat perbaikan atau ngedok istilahnya. Namun untuk yang ada di Batang ini sudah 7 tahun, tapi belum pernah mendapat perbaikan. Karena itulah, tahun depan kedua alat untuk mengeruk itu harus diperbaiki agar kerusakan yang terjadi tidak tambah parah," jelas anggota Komisi C, M Hanif Afdlolur Rohman.

Dengan kondisi yang ada, Komisi C bahkan mengusulkan agar perbaikan bisa dilakukan pada tahun ini melalui anggaran perubahan. "Perbaikan sendiri jika lebih cepat dilakukan akan lebih baik, sehingga jika memungkinkan akan dianggarkan pada APBD perubahan mendatang," lanjut Hanif.

Untuk pengerukan muara pelabuhan Batang sendiri tahun ini mendapat anggaran Rp 300 juta dari APBD setempat. Jumlah tersebut mengalami peningkatan dibandingkan sebelumnya yang hanya dianggarkan Rp 100 juta saja. Langkah tersebut dilakukan dengan pertimbangan, jika alur pelabuhan mengalami pendangkalan, maka akan menggangu lalu lintas kapal keluar masuk menuju TPI.

"Alur pelabuhan ini harus dijaga agar tidak mengalami pendangkalan agar keluar masuk kapal tidak terganggu. Jika sampai alur sungai kapal dangkal dan kapal tidak bisa masuk, maka TPI Batang akan sepi atau tidak ada lelang hasil tangkapan. Imbasnya, tentu saja pendapatan daerah juga akan ikut terganggu," beber anggota Komisi C, Muafi.

Selain masalah tongkang dan beko, pada kunjungan kerja tersebut Komisi C juga mendapat sejumlah masukan dari nelayan. Diantaranya usulan yang meminta agar muara pelabuhan Batang bisa dilebarkan supaya lalu lintas keluar masuk kapal bisa lebih lancar. Selain itu, juga masukan agar penahan gelombang di kanan kiri dermaga untuk ditinggikan, sehingga saat air laut pasang, kapal yang akan keluar masuk muara tidak terdorong ombak dari sambing.

"Sejumlah usulan nelayan tersebut akan menjadi bahan rapat kerja kami dengan pihak terkait di Pemkab Batang, dan besar harapan bisa terpenuhi. Mengingat usulan tersebut bertujuan untuk meningkatkan keselamatan nelayan saat akan keluar masuk pelabuhan Batang," tandas Tofani. (don)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: