Menunggu Berjam-jam, Ribuan Warga Antusias Saksikan Kirab Cap Go Meh

Menunggu Berjam-jam, Ribuan Warga Antusias Saksikan Kirab Cap Go Meh

MERIAH - Kirab Ritual dan Budaya Imlek 2020 dalam rangka menyambut Cap Go Meh Tahun Baru Imlek 2571 di Kota Pekalongan berlangsung meriah dan menyedot perhatian ribuan warga, Jumat (7/2/2020).

KOTA - Ribuan warga antusias menyaksikan Kirab Ritual dan Budaya Imlek 2020 dalam rangka menyambut Cap Go Meh Tahun Baru Imlek 2571 di Kota Pekalongan, Jumat (7/2/2020).

Antusiasme itu tak surut, meski mereka harus menunggu hingga berjam-jam di tepi jalan yang menjadi rute peserta kirab. Tak sedikit dari mereka yang sudah menunggu sejak pukul 12.30 WIB, meski iring-iringan kirab baru lewat sekitar tiga jam kemudian.

Salah satunya disampaikan Rizkiyah (35), warga Tirto. Dia menunggu di Jalan Pemuda, kawasan THR, depan Monumen Juang Kota Pekalongan bersama dua putranya untuk melihat kemeriahan kirab. "Saya sudah di sini sejak jam 1 tadi, tapi ini sudah jam 3 ternyata kirabnya belum sampai sini. Anak saya ingin melihat penampilan barongsai," katanya.

Acara yang juga dinamakan Kirab Gia Ang ini sendiri dimulai sekitar pukul 13.30 WIB. Acara dimulai dari Tempat Ibadah Tri Dharma (TITD) Klenteng Po An Thian di Jalan Blimbing, kemudian menyusuri rute Jl Blimbing-Jl Nanas-Jl Jeruk-Jl Sultan Agung-Jl Salak-Jl Manggis-Jl Imam Bonjol-Jl Pemuda-Jl Hayamwuruk-Jl Hasanudin-Jl Salak-dan finish di klenteng Po An Thian.

Sejumlah tokoh turut hadir dan menyaksikan kirab ini. Mereka antara lain ulama kharismatik dari Kota Pekalongan yang juga anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) Habib Muhammad Luthfi bin Ali bin Yahya, Wali Kota Pekalongan HM Saelany Machfudz, Ketua DPRD Kota Pekalongan Hj Balgis Diab, jajaran Forkompinda, serta tokoh lintas agama dan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Pekalongan.

Rangkaian kirab diawali dengan doa bersama dan diikuti arak-arakan patung dewa-dewi kepercayaan Tionghoa yang ditempatkan dalam rumah yang disebut Topekong kemudian diarak mengelilingi Kota Pekalongan. Selain itu, kirab juga diisi serangkaian ritual dan atraksi barongsai, liong, kesenian toa kok tui, musik rampak, serta marching band SMK SUPM Nusantara Batang.

Sedikitnya ada 9 patung dewa-dewi yang dikirab, yakni YM Sin Long Tay Lee (Dewa Pengobatan dan Pertanian), YM Tek Hay Cin (Dewa Perdagangan), YM Kwan Seng Tee Koen (Dewa Kejujuran dan Kesetiaan), YM Hok Tek Ceng Sin (Dewa Bumi), YM Thian Siang Seng Boo (Dewi Pelindung Kaum Nelayan), YM Kwan Se Im Po Sat (Dewi Kwan In atau Dewi Welas Asih), YM Lie Lo Cia (Dewa Pelindung Anak-Anak), YM Hauw Ciang Kun (Panglima Macan Pelindung Manusia), dan YM Hian Thian Siang Tee (Dewa Kaisar Langit Utara dan Pembasmi Ilmu Hitam).

Masing-masing dewa itu diusung dalam kio atau tandu. Terlihat, setiap kali akan diarak, kio terlebih dulu digoyang ke kiri dan ke kanan, kemudian para pengusung yang terdiri dari 6 hingga 8 orang memutarnya sebanyak tiga kali di depan klenteng. Baru kemudian mengaraknya mengikuti rute kirab sambil terus menggoyang-goyangkannya.

Kegiatan ini diisi pula dengan bagi-bagi angpao kepada kelompok kesenian barongsai dan liong. Sejumlah tokoh yang hadir turut memberikan angpao, antara lain Habib Luthfi, Wali Kota, Ketua DPRD, Wakapolres, Danramil, perwakilan forkompinda, dan lainnya.

Para pemilik toko di sepanjang rute yang dilalui peserta kirab juga menyediakan angpao yang mereka ikatkan menggunakan tali di depan toko mereka, kemudian diambil oleh sang barongsai.

Rangkaian kirab ditutup dengan penampilan beberapa tokoh dewa, yakni Biksu Tong Zam Cong berikut tiga muridnya, yakni Sun Go Kong, Cu Pat Kay, serta Sa Cheng. Turut pula Dewi Kuan Im yang diperankan oleh sosok wanita cantik, serta beberapa tokoh dewa lainnya. Kemunculan tokoh-tokoh ini semakin memeriahkan acara.

Wali Kota Pekalongan Saelany Machfudz memberikan apresiasi terselenggaranya acara ini. Menurutnya, acara ini bisa jadi merupakan cerminan dari penghargaan keberagaman yang ada di Kota Pekalongan. Itu karena pesertanya tak hanya dari Umat Kong Hu Cu, namun juga umat dari agama lain yang tergabung dalam FKUB.

"Ini adalah bukti bahwa keberagaman di Kota Pekalongan bisa hidup berdampingan dan tumbuh dengan subur," katanya.

Menurutnya, acara ini juga menunjukkan akulturasi budaya dari berbagai suku bangsa dan ras bisa bertahan bahkan berkembang dengan baik. "Jika dikelola dengan baik acara ini bisa menjadi destinasi wisata tahunan di Kota Pekalongan," ungkapnya. (way)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: