Akibat Virus Gemini dan Cuaca Ekstrem, Harga Cabai Meroket

Akibat Virus Gemini dan Cuaca Ekstrem, Harga Cabai Meroket

KAJEN - Petani cabai di Kabupaten Pekalongan mengalami gagal panen lantaran serangan virus gemini atau penyakit kuning. Akibatnya, produktivitas tanaman cabai turun drastis, sehingga petani cabai mengalami kerugian cukup besar.

PRODUKTIVITAS TURUN - Produktivitas tanaman cabai di tingkat petani turun diperkirakan memicu lonjakan harga cabai di pasaran. Hadi Waluyo.

Rendahnya produktivitas tanaman cabai ditingkat petani diduga sebagai pemicu melonjaknya harga cabai di pasaran yang saat ini pada kisaran Rp 60 ribu perkilo di tingkat eceran untuk harga cabai merah keriting.

Petani cabai dari Desa Kasimpar, Kecamatan Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan, Ari Winarto (37), Selasa (9/7), mengaku memutuskan untuk berhenti membudidayakan tanaman cabai pada akhir tahun 2018 karena tanaman cabainya diserang virus gemini. "Tanaman cabai pada akhir tahun 2018 banyak yang terserang virus kuning atau gemini. Tanaman tiba-tiba daunnya kuning dan tanaman kerdil. Jika satu tanaman sudah terserang virus ini, seluruh tanaman cabai di kebun akhirnya terserang semua. Hampir 75 persen tanaman saya waktu itu terkena virus ini," terang dia.

Disebutkan, saat itu ia menanam tanaman cabai sekitar 10 ribu bibit tanaman, di atas lahan seluas 0,6 hektare. Akibat serangan virus tersebut, saat panen dirinya hanya mendapatkan uang Rp 2,6 juta, sehingga mengalami kerugian Rp 20 juta. "Serangan gemini mulai ada di akhir tahun 2018. Saya sudah berupaya mengatasinya, namun belum bisa," keluhnya.

Selain serangan virus gemini, lanjut dia, kondisi cuaca saat ini tidak menguntungkan petani cabai. Pasalnya, cuaca akstrem dan sulit ditebak. Di musim kemarau panjang, kata dia, hujan terkadang masih mengguyur wilayah pegunungan tersebut, sehingga pertumbuhan tanaman kurang baik. "Cuaca saat ini berganti-ganti. Panas tiba-tiba ada hujan. Saya kemarin melihat punya tetangga bagus, tapi setelah kemarin ada kemarau 10 harian, setelah itu ada hujan, dan tiba-tiba panas lagi, tanaman langsung kering," terang dia.

Menurutnya, tingginya harga cabai di pasaran diakibatkan produksi cabai di tingkat petani saat ini berkurang. Akibat serangan virus gemini dan faktor cuaca ektrem, ujar dia, petani banyak yang memilih untuk sementara tidak menanam cabai, atau mengurangi tanaman cabai yang ditanamnya. Petani di Petungkriyono, lanjut dia, saat ini banyak yang memilih menanam bawang solong.

"Produksinya cabai yang kurang sehingga harga cabai tinggi, karena saat ini petani jarang yang menanam cabai. Mereka beralih ke bawang solong. Petani tadinya menanam solong di sela-sela tanaman cabai, sekarang dibalik cabai hanya dijadikan tanaman sela untuk solongnya," ujar dia.

Diterangkan, harga cabai merah keriting di tingkat petani saat ini berkisar antara Rp 38 ribu hingga Rp 40 ribu perkilogram. Namun, harga ini untuk cabai yang kondisinya super. Untuk cabai merah keriting yang mutunya kurang bagus, harganya di bawah Rp 38 ribu perkilo. Menurutnya, sejak tahun 2018 hingga 2019 ini margin keuntungan di tingkat petani tipis karena produktivitasnya yang rendah.

Sementara itu, Daslam, perangkat Desa Songgodadi, Kecamatan Petungkriyono, mengatakan, petani cabai di Petungkriyono saat ini sudah mulai menikmati lonjakan harga. Disebutkan, di tingkat petani harga cabai saat ini Rp 40 ribu perkilonya. "Untuk harga Rp 60 ribu perkilo di tingkat eceran berarti sudah di tangan ketiga itu. Biasanya tengkulak tidak mau mengecer di pasar. Tengkulak menjualnya borongan ke para pengepul," katanya.

Satu kebun, lanjut dia, tanaman cabai merah bisa panen 5-6 kali. Setiap panen dijual dengan harga borongan ke para tengkulak. "Harga cabai merah keriting ini naik sudah sepekan yang lalu. Biasanya harganya Rp 15 ribu hingga Rp 16 ribu," terang dia.

Menurutnya, mahalnya harga cabai karena sebelumnya petani banyak yang gagal panen, sehingga mereka mengurangi tanaman cabainya. "Saat musim hujan, petani banyak yang gagal panen. Diobati tetap tidak mempan. Petani akhirnya menggeser dari menanam cabai ke bawang solong. Untuk saat ini yang banyak ditanam bawang solong, sehingga harga bawang solongnya lebih murah. Untuk mereka yang bertahan nanam cabai ya lumayan dapat harga tinggi untuk saat ini, karena pasokan cabai berkurang," imbuhnya. (ap5)

Info Grafis
***Harga Cabai Melonjak

  1. Harga cabai mulai naik per awal bulan Juli 2019
  2. Kenaikan harga hingga 2 kali lipat berkisar Rp 55 ribu hingga Rp 60 ribu
    **Sebagai contoh cabai merah besar harga biasanya Rp28 Ribu per kilo kini Rp55 Ribu per kilo

***Penyebab Kenaikkan Harga Cabai
Versi Pemerintah
*Harga cabai mahal bukan disebabkan gagal panen tetapi di pertangahan tahun ini jumlah yang menanam cabai merah tidak sebanyak biasanya.

Versi Petani
*Harga cabai mahal karena kelangkaan barang disebabkan petani gagal panen
*Kegagalan panen karena pohon cabai diserang virus gemini atau penyakit kuning
*Akibatnya produktivitas tanaman cabai turun drastis, sehingga petani cabai mengalami kerugian cukup besar

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: